Lihat ke Halaman Asli

Ruang Geri

Blogger Reborn

Masa Depan Wisata Lampung di mata orang Sukabumi

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kota bandarlampung sebagai kota keragaman budaya

Kenapa harus ngomongin wisata Lampung?

[caption id="attachment_28839" align="alignleft" width="300" caption="kota bandarlampung sebagai kota keragaman budaya"][/caption]

Terus terang saya begitu mencintai lampung, bahkan hingga saat ini ketika  saya jauh di Sukabumi. Lampung bagi saya seperti kawah candra dimuka perkembangan pola pikir saya hingga seperti ini. mungkin  Bang Firman sebagai penguasa Buaya di Lampung bisa menjelaskan fenomena saya ini.

Buat yang tak tahu Lampung, mungkin membayangkannya sebagai suatu daerah yang masih belantara, dimana gajah berkeliaran dan  harimau sumatera siap mengancam. Bayangan itu tidak  sepenuhnya benar ataupun salah karena  ada juga daerah yang masih mesti berjuang melawan amuk gajah liar seperti di daerah kawasan bukit barisan, namun di wilayah yang sudah tersentuh wangi modernisasi, kini hirukpikuk kemajuan jaman sangat kental  terasa. kemajuan ini menjadikan wajar bila Artis pun kini bisa datang dari Lampung seperti Hijau Daun dan Kangen Band yang menggebrak Dunia Musik Nasional.

Lampung kini tidak se seram jaman tahun 90-an sampe  awal tahun 2000-an yang bila disebutkan terminal Rajabasa maka terbayang preman  preman seram tak bersahabat yang menyambut terminal terbesar di Lampung itu, atau kerumunan calo yang sangat tak ramah ketika kita menginjak tanah lada di pintu gerbang dermaga Bakauheni. Suasana kota Bandarlampung seperti kota mati padahal ke Jakarta hanya perlu waktu 1 jam dengan Pesawat terbang dari Raden Intan  ke Soekarno Hata.

Kini citra itu perlahan hilang dengan suasana kota Bandarlampung yang menggeliat bahkan menuju aktivitas  kota 24 jam. Terminal Rajabasa mulai ramah dengan minim preman dan suasana yang nyaman. Kegiatan Dermaga yang menuju layanan  terpadu walaupun masih ada beberapa kekurangan disana sini, minimal ada sedikit perkembangan dibanding tahun 2000-an. Bermunculan  Hotel di setiap sudut Kota juga sedikitnya menambah referensi tempat menginap sehingga tidak terkesan itu lagi itu lagi.

Lampung yang begitu luas dari ujung Ranau, Liwa, Kasui, mesuji, Blambangan umpu, unit II yang berbatasan dengan Sumatera Selatan, pesisir timur dan pesisir barat yang exotis namun begitu terbelakang, dan gerbang kota di Lampung selatan menuju kota Bandarlampung yang melewati pesawaran yang masih "bayi" terasa kaya akan potensi dan sangat diharapkan menjadi daya tarik kunjungan wisata ke wilayah yang dikenal bumi lada dengan moto sang bumi ruwa jurai.

Apa yang menjadi masa depan Lampung?

Seperti pernah di ungkapkan paus sastra Lampung Isbedi Setiawan, sangat tak jamannya lagi Lampung menjual icon Gajah ketika Bali saja sekarang bisa mendatangkan Gajah Sumatera, atau menjual Pesta Durian ketika hasil Durian masih didatangkan dari Sumatera Selatan, atau exotisnya wisata pantai yang begitu banyak di jumpai di pulau jawa dengan perawatan dan pelayanan jauh di banding di Lampung. Wisata Belanja yang masih jauh tertinggal oleh Bandung,Jogja dan berbagai kota di Jawa.

Lampung masih punya kebudayaan, seni dan budaya yang relatif terjaga di daerah daerah adat, adanya usaha usaha mempertahankan nilainilai budaya asli di lampung, ditambah kekayaan budaya nasional yang dipertahankan oleh para pendatang dengan budaya budaya masing sebagai pewarna yang bisa menjadikan indahnya keragaman di Lampung. Lampung juga bisa menjadi daya tarik dalam pencerminan rasa damai diantara keragaman budaya, adat, suku, ras dan agama.

Keragaman  di lampung sebagai modal (ide di ambil dr tulisan sendiri dari seruit.com)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline