Kau yang kujumpai setiap hari
Selalu setia menjemput pagi
Kantung kantuk mu tak kau perduli
Berjuang usir mimpi untuk sejuring ‘mimpi’
Berdandan parlente khas pesolek
Namun tetap semerbak bau kelek
Dengan sapaan bergaya intelek
Kau amat memikat meskipun jelek
Lengking suaramu seumpama magnet
Membuat orang lain menoleh seperti kena pelet
Tak perduli harus bergelantung seperti monyet
Dan menahan keringat yang mulai bau dan lengket
Walau suaramu tak semerdu Afghan
Dan tampangmu tak rupawan alias pas-pasan
Kau tetap narsis sepanjang jalan
Teriak lantang sambil lirik ke kiri dan kanan
Tatapan mu yang tajam bagaikan elang
selalu siaga tak pernah bimbang
siapapun orang nya pasti kau tunjuk
bukan maksud berperang hanya membujuk
kau menjalani rutinitasmu dengan senang
terutama jika ada rok mini melintas menantang
tak ayal andrenalinmu mendidih dan tegang
mengalahkan setiap deru kantuk dan malas yang menyerang
Pagi, siang, senja, malam, tak sedikitpun asa mu menyerah
Mengharap angkutan terisi penumpang dari dua arah
Melewati barisan manusia yang bersandar menahan lelah
tak ada lain yang kau minta selain rupiah
Enam empat angka keramat
Yang jauh mendekat, yang dekat merapat
Di kiri enam, Di kanan empat
Ayo pir, berangkat!
Ah… Kernet
Penulis : Bung Opik & Sanchai Nomor peserta : 4
NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Festival Puisi Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke akun Cinta Fiksi dengan judul postingan : Inilah Perhelatan Festival Puisi Kolaborasi & Hasil Karya Para Peserta.
Klik disini utk melihat FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H