Lihat ke Halaman Asli

Saumiman Saud

Pemerhati

Orang Jakarta Bakal Menikmati Becak Listrik (E-Becak)

Diperbarui: 30 Januari 2018   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Kompas.Com

                                                                                                 ORANG JAKARTA BAKAL MENIKMATI BECAK LISTRIK (E- BECAK)? 

Becak yang kita kenal secara tradisional itu tentunya becak dayung, artinya becak yang didayung oleh manusia. Becak di Indonesia itu bentuknya ada dua macam, becak macam pertama adalah becak yang didayung (digenjot) dan kemudian yang ke dua becak yang bermesin. Di Sumatera Utara sejak dahulu ada dua macam becak, becak dayung dan becak bermesin, khusus di daerah pegunungan seperti Pematang Siantar becaknya dengan Mesin Motor Harley jadi besar sekali. 

Becak yang ada di Indonesia juga modelnya berbeda di berbagai kota, jika becak di Pulau Jawa, abang becaknya dayung di belakang penumpang sedangkan becak di Sumatera Utara (Medan dan sekitar) abang becaknya disamping penumpang.  Sejak 10 tahun belakangan ini , beberapa kota besar mulai meremajakan kotanya dengan melarang becak dayung masuk ke dalam kota.

Becak Medan : Kompas.com

Polemik yang terjadi justru di kota Jakarta, kota Mega-Politan yang boleh dibilang di mana-mana di manca negara sedang dipikirkan bagaimana merancang smart transportasi, Bus Modern, Mobil tanpa Sopir, paling sedikit monorel,  sementara yang dipikirkan saat ini di Jakarta adalah kembali ke Becak Dayung. Pertanyaannya apakah becak Dayung itu merupakan vintage transportasi di Jakarta? Tidak juga. Seingat saya Bemo yang tiga roda itu saja sudah dianggap ketinggalan jaman di Jakarta, padahal Bemo itu bermesin.

Dahulu, jikalau jaman Old, becak Dayung masih okey kita pergunakan , karena jaraknya dekat dan alat transportasi modern masih belum ada. JIkalau jaman sekarang kita naik becak, kita tentu akan melihat wajah abang becaknya, jika abang becaknya kelihatan sudah tua, kurus, maka kita kasihan kepadanya, kita jadi ngak enak naik becaknya. Lalu kalau kita ngak enak naik becaknya maka si abang becak ngak dapat uang.  Sebaliknya jika kita ngotot naik becaknya sepertinya kita tidak berprikemanusiaan. Lalu jika si abang becak rambut gondrong brewok, kita takut naik becaknya, jika si abang becak kepalanya botak kita juga pikir si abang becak baru keluar dari tahanan. Jadi bingungkan? Naik becak juga di jaman now, sangat rawan akan perampokan, karena becak jalannya pelan, sementara penumpang tidak berdaya melawan.

Kira-kira abang becak di Jakarta bisa mendapat hasilnya berapa dalam satu bulan?  Cukup untuk kebutuhannya ngak? Mari kita hitung bersama, jIkalau kita perhatikan upah minimum 2018  (UMP) di Jakarta ditetapkan Rp 3,6 juta/bulan, dengan kata lain jikalau seorang pekerja yang bekerja di Jakarta selama sebulan 26 hari, maka ia mengantongi uang  kurang lebih Rp 138.000/hari.  Nah sekarang kita melihat apakah si Abang becak bisa menghasilkan uang seperti itu?  Jikalau untuk sebuah jarak dalam pengantaran si Abang becak kita bayar Rp 10.000,- saja , maka si Abang becak harus paling sedikit mempunyai 14 penumpang di dalam sehari. Lalu untuk Rp 10.000 tentu bagi orang Jakarta enggan keluarkan uang itu, karena naik Trans Jakarta saja baru Rp 3.500,- sudah bisa pergi ke mana-mana.

Jika ia tidak bisa memiliki 14 penumpang secara rutin setiap hari maka uang yang diterima tidak akan cukup UMP, penulis baca sebuah tulisan, ada kesaksian seorang abang becak di Jakarta yang sudah  berpengalaman 19 tahun, sehari mengantongi Rp.50.000,-, lalu sebulan diperkirakan Rp 1.5 juta. Apakah dengan pendapatan yang demikian cukup untuk pembiayaan seseorang yang hidup di Jakarta. Si Abang becak perlu bayar kontrakan rumah, kalau ngak punya becak sendiri perlu kontrakan becak, belum lagi makan, dan kebutuhan lainnya. Apalagi si abang becak berkeluarga? Apalagi si abang becak punya anak-anak.

Sebenarnya program dari Walikota Surabaya itu sangat bagus, para penarik becak ditawari pekerjaan lain, itu arti sesungguhnya membuka lapangan kerja baru, misalnya bagian pembersih jalan, pemelihara kebun, dan sebagainya. Mengapa dari Jakarta tidak mau mencontoh seperti itu ? Di Jakarta mestinya banyak lapangan pekerjaan, misalnya  bagian kebersihan selokan atau got supaya mencegah banjir, kebersihan taman, itu kan ada banya taman yang dibangun tahun-tahun lalu di Jakarta perlu dijaga kebersihannya atau masih banyak lagi yang lain. Memang ada penjelasan lebih lanjut kemarin di beberapa media, sebenarnya tujuan diadakan becak itu untuk wisata. Nah, jika untuk wisata maka semestinya hanya di daerah sekitar wisata, lagi pula becak untuk wisata harus becak yang lebih menarik dan layak, bukan becak yang sudah tua-tua yang sudah mau rusak dan si abang becak mesti profesionil, punya baju seragam misalnya.

Sementara kita tunggu perkembangan lebih lanjut, karena ada kemungkinan becak dayung di Jakarta akan di desain secara modern, kerja sama dengan PLN sehingga menjadi Becak Elektronik, nama kerennya E-becak , tentu waktu itu bisa pula pake Aplikasi. Mudah-mudahan terwujud rencana yang apik ini,  dan saat itu si abang becak bisa mengantongi uang yang banyak . Emangnya hanya Uber dan Grab saja yang bisa dengan Aplikasi? Becak juga dong....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline