Lihat ke Halaman Asli

Saumiman Saud

Pemerhati

Simon Petrus, Di Balik Awan Ada Matahari, Tidak Boleh Lagi Menangkap Ikan, Mengapa? (Bag 2 Selesai)

Diperbarui: 23 Maret 2016   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Simon"][/caption]Pengadilan memutuskan bahwa Yesus harus dihukum mati di atas kayu salib seperti layaknya seorang penjahat kelas kakap, dengan demikian maka pada Jumat sebelum perayaan Paskah, Yesus dipaksa memikul kayu salib menuju Golgota. Di sana Ia disalibkan setelah melalui siksaan-siksaan yang dahsyat. Saya sendiri waktu itu tidak dapat berbuat banyak, hanya menyaksikan saja dengan penuh cucuran air mata. Yesus sang Guru tergantung mati di atas kayu salib dengan diiringi kegelapan di seluruh permukaan bumi.

Kami merasa sangat kehilangan sekali katrena kematian Yesus, sesame murid jadi berpencar, dan rasanya tidak mungkin lengkap lagi. Apalagi akhirnya diketahui bahwa rekan saya Yudas Iskariot yang mengkhianati sang Guru, maka bertambah sulit kami untuk bersatu kembali. Sangat disayangkan, kami akhirnya mengetahui bahwa Yudas itu bunuh diri. Suasana duka masih terasa sekali, kehilangan Guru juga teman, tetapi tentu kami tidak boleh terus-menerus berduka begitu, sebab kehidupan masih panjang Bagi saya sudah saatnya kami berbuat sesuatu, ketimbang bergeming dan bingung dengan keputusasaan. Saya tidak punya kelebihan apa-apa, maka satu-satunya pengalaman hidup saya adalah kembali menangkap ikan.

Ketika kami berada di pantai bersama , waktu itu hadir juga Tomas, Natanael, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid yang lain. Saya melontarkan ide untuk menangkap ikan. Tadi saya sudah katakan bahwa tidak ada keahlian apa-apa yang saya pernah pelajari, latar belakang saya menangkap ikan hanya itu keahlian saya, itu sebabnya saya berpikir saat ini sudah waktunya kembali ke sana. Rupanya ide saya disambut baik oleh teman-teman, sehingga mereka semua juga mau mengikutinya. Coba kalian lihat Yohanes 21:3b teman-teman saya berkata demikian “Kami pergi juga dengan engkau”, mereka suka-rela mengikuti saya.

Pada malam itu kami dengan perahu segera menuju ke laut dan menangkap ikan, tetapi entah karena sudah lama tidak menangkap ikan, atau karena “sial”, ssst boleh ngak saya katakan demikian, maka sepanjang malam itu kami tidak mendapat ikan. Hari mulai siang, maka Yesus hadir juga di tepi pantai tanpa sepengetahun kami. Pada saat itu seakan-akan Ia memberikan perintah kepada saya dan kawan-kawan untuk menebarkan jala, namun caranya bertolak belakang dengan tradisi kami. Herannya pada waktu itu saya dan kawan-kawan tidak protes, padahal jelas sekali Dia bukan ahli menangkap ikan, bukankah ayah-Nya seorang tukang kayu? Tetapi mengapa Dia mengajar kami menangkap ikan? Luar biasa, hari itu jala kami penuh dengan ikan, untung jalanya tidak koyak. Kami memperoleh seratus lima puluh tiga ekor ikan. Hari itu kami sarapan ikan bakar bersama di tepi pantai.

Selesai makan sarapan, tiba-tiba Yesus mengajak saya berbicara empat mata, Dia katakan “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Maksudnya apakah saya ini mengasihi-Nya melebihi kapal, jala, ikan dan orang-orang lain? Dari nada kata yang Yesus, saya mendengar bahwa pertanyaan “mengasihiNya” memakai kata “Agape” yakni Kasih Allah, terus terang saya tidak sanggup menjawab itu, saya menjawabnya bahwa “Benar Tuhan , Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau” , saya mamakai kasih “Phileo”, kasih yang sesama manusia itu. Lalu kata Yesus “ Gembalakanlah dan berikanlah makan domba-dombaKu”.

Saya berpikir tidak masalah, saya dan kawan-kawan pasti akan mengerjakan tugas ini. Tanpa di duga kembali untuk kedua kali Yesus bertanya kepada saya “ Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Kali ini Yesus tetap memakai kata kasih“Agape”, tetapi saya menjawabnya dengan kata Kasih “Phileo” yakni “ Benar Tuhan engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”, lalu Yesus katakan “ Gembalakanlah domba-dombaKu” Untuk ke tiga kalinya Yesus bertanya kepada saya “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku” . Saat itu saya tidak tahan lagi, saya begitu sedih sekali.

Rasa bersalah muncul di dalam hidup ini, saya jadi teringat ayam yang berkokok dua kali itu. Saat ini rasanya hidup saya benar-benar tidak berarti apa-apa dihadapan Yesus, omongan saya pasti sudah tidak dipercaya orang lagi. Saya malu, oh Tuhan saya malu. Rupanya format pertanyaan kali ini sudah diubah sedikit oleh Yesus, kata “Mengasihi” sudah memakai kata “Phileo”, maka jawab saya dengan kata kasih yang sama, sebab“Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwea aku mengasihi Engkau”. Kata Yesus lagi “ Gembalakanlah/ berilah makanan kepada domba-dombaKu”

Pengalaman hidup saya pernah gagal, tetapi untunglah kegagalan saya tidak membuat saya putus asa. Peristiwa di tepi danau itu membangkitkan kembali tekad saya untuk ikut Tuhan Yesus, kapal, jala dan ikan segera akan saya tingalkan, sekarang saya bertekad akan ikut Yesus seumur hidup. Benar sekali, kalau kita menyertakan hidup kita secara total pada Tuhan, pastilah Tuhan tidak pernah meninggalkan kita pula. Buktinya, saya ini, heran sekali, Tuhan memakai saya luar biasa. Memang Emas dan perak tidak saya miliki, namun di dalam nama Tuhan Yesus, yang lumpuh berjalan (Kisah 3:1-8), orang yang mati juga bangkit kembali.

Firman Tuhan yang saya sampaikan kepada umat Tuhan sangat terasa sekali kuasa-Nya, ada tiga ribu orang yang bertobat terima Yesus (Kisah 2:41) dan juga menyusul lima ribu orang (Kisah 4:4) serta setiap hari Tuhan menambah jumlah yang diselamatkan (Kisah 2:47). Saya tahu, semua ini bukan usaha saya secara pribadi, Roh Kudus yang menolong dan memakai saya..

 Saya Petrus tetap setia melayani Tuhan, walaupun di sana-sini terdapat berbagai kesulitan, kadang saya harus berhadapan dengan pihak pemerintah gara-gara pekabaran Injil ini, namun ingatlah ada pepatah yang mengatakan bahwa “semakin dibabat, semakin merambat”, inilah prinsip Injil itu dikabarkan” Itu sebabnya jangan putus asa dengan berbagai kesulitan yang anda alami, penderitaan anda masih kecil, dibandingkan penderitaan saya terlebih-lebih Guru saya itu yang disalibkan itu.

Dalam perjalanan hidup kita kadang termasuk di dalam pelayanan kita jatuh bangun, saya juga demikian, tidak luput dari kelemahan ini, yang sangat menyakitkan bila ada rekan kerja yang dianggap dapat memberi kekuatan ternya juga menyikut kita, namun saya beruntung sebab ada rekan sepelayanan yang berbaik hati, namanya Paulus. Ia dengan kasih menegur saya, sehingga saya boleh kembali ke jalan yang benar (Galatia 2:11-14). Dukungan teman dan keluarga sangat perlu di dalam melayani Tuhan, itu sebabnya dengan bangga saya ingin meperkenalkan isteri saya pada kalian juga, kadang saya membawanya ke ladang pelayanan (I Korintus 9:5), namanya memang tidak disebut oleh penulis Alkitab, tetapi tradisi menyebutnya Konkordia atau dipanggil juga Perpetua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline