Lihat ke Halaman Asli

Saumiman Saud

Pemerhati

Tiga Kata Ajaib yang Mengubah Hidup

Diperbarui: 30 Agustus 2015   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

“Kacang lupa pada kulitnya.” Kita sering mendengar istilah ini, yang artinya seseorang yang melupakan akan jasa dan kebaikan orang lain. Padahal sejak kita masih kecil sesuai dengan tradisi dan ciri khas orang Asia kita telah diajarkan agar senantiasa mengingat kebaikan orang lain, sedapat mungkin lupakan kejahatan orang lain.

 Ahli bisnis mengajarkan tiga kata ajaib mewujudkan kehidupan kerja yang lebih dinamis, misalnya kata “I respect you,” “I appreciate you” dan “I agree with you.” Ketiga kata ini diyakini akan mengubah kehidupan kerja seseorang menjadi lebih dinamis, ketimbang kata-kata yang mencemooh, menghina dan menghakimi. Sedangkan para ahli komunikasi mengajarkan tiga kata ajaib yang mampu membangun hubungan baik antar manusia (the three magic words), yaitu 1. Terima kasih (thank you), 2. Maaf (sorry), dan 3. Tolong (please). Dari ketiga kata tersebut, yang memiliki kekuatan terbesar ternyata kata “terima kasih”.

Perkataan terima kasih sesungguhnya didasari pada rasa syukur kepada Tuhan yang Kuasa atas rahmat-Nya kepada seseorang. Tanpa anda sadari Tuhan telah telah menggunakan tangan orang lain untuk menolong seseorang melakukan sesuatu atau memberi sesuatu. Tangan orang lain itu mungkin adalah orang tua anda, saudara anda, teman dekat anda atau siapa saja. Tatapan mata yang lembut yang disertai senyum yang lembut serta jabatan tangan erat sambil menyampaikan terima kasih. Kata “terima kasih” bila disampaikan dengan tulus dan antusias memiliki kekuatan yang luar biasa bagi orang yang menerimanya untuk berbuat lebih baik lagi. Ungkapan “terima kasih” dalam bhs Indonesia rupanya telah mengadopsi kata yang sangat kristiani, yakni kata “terima” dan “kasih”, kita mengatakan terima kasih karena kita telah menerima kasih (pemberian) orang lain. Sedangkan dalam bahasa Latin, yaitu antara kata think (berpikir) dan thank (berterima kasih).

Seseorang hanya mampu berterima kasih dan mengungkapkannya dengan tulus ketika dia bisa berpikir bahwa apa yang diterimanya saat ini adalah atas pertolongan orang lain. Oleh karena itu, dia wajib berterima kasih. Tanpa adanya pemikiran bahwa apa yang diterimanya merupakan pemberian orang lain, mustahil dia mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan tulus. Terlepas dari apa motivasi seseorang memberikan sesuatu atau menolong kita, sudah selayaknya ungkapan terima kasih disampaikan dengan tulus. Justru melalui ketulusan dalam mengungkapkan rasa terima kasih ini, perlahan-lahan akan memurnikan motivasi dalam membangun kebersamaan.

Mengeluh, mengomel, memprotes dan sebagainya merupakan suatu stagnasi kemacetan atau kemandekan dalam hidup ini, sebab tatkala kita mengeluh; kita berada pada posisi mogok atau berhenti. Sedangkan ucapan syukur merupakan suatu posisi yang dinamis, semakin kita bersyukur maka semakin kita beriman, dan dekat serta takut akan Tuhan, semakin menuju sempurna.

Medio Akhir Pekan Agustus 2015

Saumiman Saud www.cebcindonesia.wordpress.com

contact me : saumiman.saud@cebc.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline