Lihat ke Halaman Asli

Lanjutkan! Drama Ini

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mulai terang

Hujan yang mulai pagi menari-nari sendirian, sudah takluk oleh sang raja siang.

bocah-bocah ojek payung mulai hilang rasa girang

bakul-bakul rokok, bakso, teh botol sosro,

mulai bebas bertualang.

Aku masih disini

di alun-alun kota yang jadi pusat konsentrasi massa.

sejak pagi tadi, sejak si hujan menari

dengan tajam menusuk-nusuk muka kami

coba padamkan api

dari ban bekas,

dan amarah yang memblokade hati.

Saat ini, setelah mulai terang

kuyup mulai mengering di badan

alamat meriang dan kejang-kejang nanti malam

ah tak apa, nasib demonstran.

Kau,

yang berseragam di seberang.

Ya kau,

yang berdiri siaga di belakang pagar betis

diantara golonganmu yang bengis,

kau, yang paling manis.

Ku curi-curi celah

coba mencari – cari nama

siapa gerangan kau puan

coklat berseragam, lebih berani dari laki-laki

walau kau hanya di belakang.

“KARTIKA!”

Itu sudah kau punya nama

tertulis di kau punya buah dada.

Biru sudah api birahiku ini kau buat, sayang

aku ingin ini drama dilanjutkan

pagi, petang, ke malam

dan kita bercinta

di medan perang.

(Buat IPDA. KARTIKA, si manis yang memukul mundur kami tempo hari.)

Lembah Arjuna, 21 Oktober 2010




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline