Lihat ke Halaman Asli

Sajak Buruh Tambang

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Kami yang terkubur hidup-hidup diantara batu-batuan cadas kaya emas ini bukanlah siapa-siapa. Tak akan pernah berharga sebelumnya. Ya, sebelum kau tahu bahwa kami pernah ada.

Kami yang terkubur hidup-hidup diantara keserakahan dan keangkuhan kuasa pertambangan tak punya kekuatan apa-apa, Sebelum Yang Hidup menghibahkannya.

Kami hanyalah pencari nafkah

menjadi pembantu bagi kapitalis serakah

yang saat ini bersantai di depan televisi ditemani anak istri,

dengan kaus kaki hangat dan segelas kopi.

Kami hanya ingin hidup lebih lama

menikmati masa tua

untuk mengajarimu, bahwa dibawah sana

aku sudah bertemu Tuhan dan setan

dan Tuhan adalah pemenang.

"Dulce Patria, recibe los votos

Con que Chile en tus aras juró:

Que o la tumba será de los libres

O el asilo contra la opresión."

Lembah Arjuna, 15 Oktober 2010.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline