Lihat ke Halaman Asli

Perilaku Bullying dalam Pandangan Erik Erikson

Diperbarui: 20 Desember 2022   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bullying masih menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Bullying dapat terjadi dimana saja, tak terkecuali dalam dunia Pendidikan. Penelitian Bonus & Carlin (2001) menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi dari bullying berjumlah 18%, sementara Houbre et al (2006) menunjukkan bahwa hingga 76% korban bullying menderita gangguan stres pasca trauma. Data di atas menunjukkan bahwa perundungan merupakan hal yang umum dan biasanya terjadi di sekolah. Bullying merupakan fenomena yang sering terjadi di kalangan anak muda dan menjadi perhatian masyarakat. Namun sayangnya masih banyak guru atau orang tua yang belum memahami bullying dan dampak negatifnya. Lagi-lagi, bullying ini sendiri tidak hanya terjadi di kalangan remaja, tetapi para guru juga melakukan bullying terhadap siswanya.

Istilah bullying, menurut American Psychological Association tahun 2013, adalah "suatu bentuk perilaku agresif di mana seseorang dengan sengaja dan berulang kali menyebabkan cedera atau ketidaknyamanan pada orang lain. Bullying dapat berupa kontak fisik, kata-kata atau tindakan yang lebih halus." Dengan kata lain, bullying adalah suatu bentuk perilaku agresif atau melibatkan perilaku agresif karena dilakukan secara berulang-ulang untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman.Bentuk bullying meliputi kontak fisik, verbal atau tindakan emosional lainnya.Bullying tidak hanya menimbulkan masalah bagi korbannya, tetapi juga mempengaruhi para pelaku bullying. Banyak perubahan yang terjadi selama masa remaja, diantaranya perubahan biologis, psikologis dan sosial. Konflik dengan lingkungan anak muda bisa menjadi masalah serius apabila tidak ditangani dengan baik. Bullying membuat korban tidak nyaman dan tertekan. Akibat kondisi tersebut, korban kehilangan semangat untuk beraktivitas dan jarang mengikuti pelajaran. Banyak korban yang mengalami bolos sekolah dan memilih untuk tidak melanjutkan sekolah. Penindasan di kalangan remaja memiliki banyak bentuk, termasuk intimidasi fisik, intimidasi verbal, intimidasi pasangan intim, dan cyberbullying. Bullying fisik adalah perilaku yang dengan sengaja menyakiti atau menyakiti orang lain secara fisik di media sosial. Peristiwa bullying yang sering terjadi di kalangan remaja saat remaja merupakan masa atau masa transisi ketika remaja pada tahap perkembangan tersebut menghadapi masalah identitas dan keraguan terhadap peran masing-masing individu. Dan itu sesuai dengan teori psikologi perkembangan yaitu teori psikososial Erik Erikson.

Erikson dalam Identitas karyanya dalam Youth and Crisis (1996) terlihat bahwa dari delapan (8) tahapan perkembangan, Erikson lebih menekankan pada identitas daripada kebingungan identitas yang terjadi pada masa remaja. Dalam teori psikososial Erik Erikson, masa remaja termasuk dalam fase kebingungan identitas dan peran. Pada titik ini, remaja menghadapi kenyataan tentang siapa mereka? Bagaimana Anda melanjutkan? kemana kamu pergi Pubertas juga dikenal sebagai masa pencarian jati diri. Karena masa ini merupakan fase peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, pengalaman yang dibuat dalam fase ini menentukan perkembangan. Pada tahap ini, individu mulai menghadapi krisis identitas diri. Ketika anak muda mengasosiasikan dirinya dengan lingkungan yang baik untuk mencari jati dirinya, maka muncullah identitas yang baik. Jika tidak, akan terjadi krisis identitas. Untuk menciptakan identitas diri yang sejati, untuk mengintegrasikan semua pengetahuan yang terkumpul sebelumnya ke dalam citra diri yang dapat digunakan secara sosial. Faktor apa yang paling penting dalam membentuk identitas diri yang sehat dan berguna dalam masyarakat ini. Faktor kunci dalam menentukan identitas diri ini adalah adanya panutan dalam masyarakat di mana kita hidup. Faktor penting lainnya adalah mengklarifikasi bagaimana transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa.

Erikson menjelaskan bahwa sudah menjadi tugas orang dewasa untuk membimbing, mendidik, mendidik, dan mengembangkan anaknya menjadi manusia yang mandiri. Orang tua dapat memenuhi tugas dan tanggung jawabnya untuk membimbing, mendidik dan mendukung anak-anaknya dalam perkembangannya menjadi individu yang dewasa. Peran orang tua di rumah adalah menciptakan suasana komunikasi yang baik dengan anaknya dan menanamkan pemahaman spiritual atau keagamaan yang cukup serta perilaku keteladanan yang dapat ditampilkan anak di rumah ketika anak mencontoh orang tuanya sebagai panutan. Beginilah cara orang tua mendapatkan makna dalam hidupnya, artinya mereka bangga dan berguna bagi anaknya. Sebaliknya, kurangnya pendidikan pada anak menimbulkan perasaan kecewa, sedih, putus asa dan murung. Itulah sebabnya orang tua tidak dapat mendidik anaknya dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline