Lihat ke Halaman Asli

Satya Utami

Dosen Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar Bali

Keputusan yang Salah Ternyata Berbuah...

Diperbarui: 5 Maret 2022   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Di suatu siang tiba-tiba notifikasi di whatsApp bisnisku berbunyi, itu tandanya harus segera aku balas. Setelah membuka WhatsApp dan membacanya ada pemberitahuan dari kelian adat banjar celuk  desa dalung bahwa anakku Satya Kesawa terpilih sebagai perwakilan banjar didesaku, dengan melampirkan surat secara tertulis yang terlampir yang diberikan kepadaku. Tentunya aku pun membalas chat tersebut.

"Selamat siang bapak, mohon info lebih lanjut dari manakah bapak mendapatkan data nama anak saya? begitu tanyaku. Aku merasa heran karena merasa tidak pernah memberikan data tentang anakku kepada siapapun. Pak kelian pun menjawab bahwa data tersebut didapat dari sekolah anakku belajar dimana merupakan perwakilan dari kelas 5 SD Dalung. Beliaupun menjelaskan bahwa akan diadakan lomba menulis aksara Bahasa bali untuk melestarikan Bahasa bali budaya daerah kami. 

Setelah berdiskusi dan mendapatkan penjelasan secara detail dari beliau maka akupun langsung menyetujui permintaan tersebut. Ya.. karena kupikir untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan serta pengalaman anakku maka akupun setuju,  tanpa berdiskusi terlebih dahalu dengan anakku.

Tanpa persetujuan anakku, Aku merasa bersalah karena mengambil keputusan sendiri. Menunggu waktu yang tepat setalah makan malam Bersama, kebiasaan yang kami lakukan adalah berkumpul dan menyempatkan diri untuk selalu bertukar pikiran serta diskusi tentang banyak hal. 

Maka akupun bercerita kepada anakku yang paling bungsu atas keputusan yang aku ambil. Tentu dengan muka terkejut dan menolak dia katakan bahwa belum  terlalu mahir di pembelajaran Bahasa bali apalagi menulis aksara bali. Namun untuk pelajaran yang lain seperti matematika, IPA dan Bahasa Inggris dia pasti bersedia begitu katanya. 

Bersyukur  Anakku termasuk siswa yang berprestasi dari kelas 1 SD sampai kelas 5 SD tetap bertahan di Rangking 2, sehingga diberikan kesempatan untuk ikut lomba tersebut. itulah salah satu hal  yang menjadi pertimbangan sekolah sehingga memberikan data anakku kepada bapak kelian adat didesa kami.

"kenapa bunda tidak menyampaikan terdahulu kepada Kesawa tanyanya, dan kenapa mengambil keputusan sendiri biasanya kan tidak begitu bun?? Dengan sedikit kecewa dia menghela nafas. Salah satu anakkupun ikut menyeletuk dan berkata, bunda tidak biasanya melakukan hal itu kenapa sekarang seperti ada paksaan ya, bidadariku ikut menyela. Akupun merasa sedikit terpojok dengan situasi tersebut. 

Walaupun dia masih kecil, namun bagiku segala hal apapun itu terkait kegiatan informal maupun formal maka kami biasanya sebelum mengambil keputusan pasti akan selalu berdiskusi, tapi kini aku langsung setuju begitu saja. Wahh... maafkan bunda, akupun menjawab dengan sedikit menyesal.  

Lalu aku berusaha memberikan penjelasan secara detail sesuai yang disampaikan bapak kelian sebelum lomba akan ada pelatihan dan persiapan yang diberikan kepada anakku. Berkat dukungan kakaknya yang lain dan semangat serta antusias kakak lelakinya yang siap juga membantu akan ikut membimbingnya maka sedikit ragu anakkupun akhirnya menyetujui dan mengangguk. Ya bunda aku mau belajar ...

Dimasa pandemic sekolah diwajibkan melakukan Pertemuan Tatap Muka terbatas dengan mengatur jam pembelajaran sekolah menjadi 2 sesi. Anakku mendapat jadwal sesi kelas siang. Keesokan harinya sepulang sekolah, anakku bercerita kepadaku karena ditanya oleh gurunya tentang kesiapan ikut lomba tersebut. Kata ibu guru" kalau kesawa tidak mau ikut tidak apa-apa katanya. Namun kesawa berkata "saya akan berusaha bu guru untuk ikut latihan dan berpartisipasi dalam lomba. Begitu sahutnya. 

Aku selalu tetap bersyukur anakku bisa bertanggung jawab dan komitmen dengan apa yang menjadi kesepakatan kami. Proses belajar selama satu bulan 4 x pelatihan di wantilan pura desa dalung membuat anakku lebih percaya diri. Dihari pertama latihan dengan hati yang gembira dia bercerita kepadaku disaat kami makan Bersama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline