Lihat ke Halaman Asli

Ketika Trotoar Menjadi Korban Kebijakan Politis

Diperbarui: 11 Maret 2018   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Trotoar, ketika berbicara mengenai trotoar, yang terlintas di benak saya adalah tempat berjalan kaki di sudut jalan raya yang setidaknya menjadi pembatas antara pejalan kaki dan yang berkedara. Entah kenapa sangat menarik sekali ketika trotoar di jalan Sudirman-MH Thamrin Jakarta selalu dirombak dan dirombak oleh pemerintah DKI Jakarta.

Dari Kepemimpinan Ahok sebenarnya sudah sangat baik menurut saya. Kenapa begitu, dengan mengurangi atau melarang kendaraan roda dua (sepeda motor) dari jalan protokol, kalau menurut masa Ahok dijelaskan Kepala Dinas Perhubungan saat itu, M Akbar, "Tiga tahun terakhir ada 1.500 orang meninggal dunia. Itu yang dicatat, yang tidak dicatat masih banyak. Tapi kita tidak pernah risau. Jadi pembatasan lalu lintas di Thamrin dan Merdeka Barat ini mengurangi banyak orang yang meninggal karena kecelakaan sepeda motor," pada Selasa (25/11/2014) ( detik.com

Nah, dari situ tentu banyak kajian yang dilakukan sebelumnya. Berarti ini bukan hanya untuk pemerintah Jakarta saja tapi juga untuk kepentingan orang banyak, termasuk pengendara roda dua itu sendiri. Terlebih lagi jalan itu sebagai jalan utama Jakarta setidaknya baiknya terlihat rapi dan bersih serta mengurangi kemacetan. Itu hal yang positif yang harusnya bisa dipikirkan oleh Pak Anies, bukannya dirubah.

Menurut Anies, desain itu dia rombak lantaran tak ada jalur untuk sepeda motor. "Begitu rancangannya jadi, disitu tidak ada (jalur) kendaraan bermotor. (Desainnya) tampaknya indah di mata, tapi tidak indah di hati. ( liputan6.com) "Kenapa? Karena kendaraan bermotor tidak boleh masuk Sudirman-Thamrin," ujar Anies.

Dia menginginkan semua lapisan masyarakat Jakarta dapat merasakan penataan kawasan Sudirman-Thamrin. Jadi keberpihakan itu bukan kami lakukan dalam retorik, tapi dalam mindset. Mindset-nya adalah bahwa setiap policy harus membuat kesetaraan kesempatan kepada warga Jakarta," ujar dia. 

Namun alangkah tidak baiknya sebagai seorang pemimpin untuk tidak memberikan komentar buruk terhadap yah ibaratnya seniornya yang lebih dulu menjadi pemimpin Jakarta. Karena seyogyanya pemimpin yang baik tidak akan membuat orang berpikir untuk membeda-bedakan mereka. Karena semuanya pasti punya kebaikan masing-masing. Proyek  Trotoar Sudirman-Thamrin akan dilebarkan hingga 10 meter, seharusnya tidak perlu terlalu lebay dalam perancangannya.

Karena bersempena akan diadakan event akbar pada agustus tahun ini, harusnya pemerintah lebih fokus kepada event tersebut daripada harus memperburuk keadaaan dan menjadikan trotoar menjadi kepentingan politik. Yang seharusnya trotoar itu cukup diperbaiki saja tapi tidak makin diperburuk keadaannya dengan ide-ide yang tidak masuk akal atau lebay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline