Lihat ke Halaman Asli

Pesan untuk Pak Anies dari Perempuan Jakarta

Diperbarui: 8 Maret 2018   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

merdeka.com

Pada hari ini, tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Dikutip dari situs resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kamis (8/3/2018), peringatan soal Hari Perempuan Nasional pertama kali dilakukan pada 28 Februari 1909 di New York, Amerika Serikat. Agenda ini diinisiasi oleh Partai Sosialis Amerika Serikat untuk memperingati setahun berlalunya demonstrasi kaum perempuan di New York pada 8 Maret 1908. 

Hingga kini, hari tersebut diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Momen ini tentunya banyak dimanfaatkan banyak pihak untuk menyuarakan hak perempuan kepada pemerintah. Memperingati hari perempuan international perempuan Jakarta pun tidak tinggal diam, mereka ikut menyuarakan kondisi perempuan yang ada di Jakarta. Adakah yang peduli dengan suara perempuan?

Pada 2017 Komnas Perempuan mencatat setidaknya ada 348.446 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sementara tahun 2016 hanya sebanyak 259.150 kasus. Angka tersebut tercatat mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Hasil survei, Komnas Perempuan menyebutkan Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah penyumbang angka kekerasan terhadap perempuan tertinggi, dengan jumlah 1.999 kasus. 

Hasilnya, 1.210 kasus yang bersifat seksual diterima perempuan oleh keluarga kandungnya (incest), perkosaan menempati posisi kedua dalam kekerasan pada perempuan yang berjumlah 619 kasus, dan persetubuhan atau eksploitasi seksual 555 kasus (idntimes.com).

 Hal ini, tentu menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang besar bagi Gubernur Jakarta untuk memelihara dan melindungi kaum perempuan khususnya di Jakarta. Memang sejak tanggal 7 desember 2017 sudah ada layanan aduan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan call center 112. 

Namun, sebagai perempuan, kita butuh hal lebih daripada sekedar aduan ketika kejadian sudah terjadi, tapi lebih ke tindakan preventif dan menciptakan atmosfir yang ramah bagi perempuan di ruang publik. Karena jika sudah terjadi bisa saja menempatkan posisi perempuan tersebut menjadi 'korban' bahkan bisa saja 'meninggal'. 

Sementara yang sangat diharapkan yaitu sebuah program antisipasi terhadap kekerasan tersebut, seperti misalnya ada program 'latihan bela diri setip hari jumat pagi di tiap kecamatan di Jakarta untuk perempuan' atau program apa saja yang lebih ke kegiatan preventif (pencegahan) yang bisa dikeluarkan oleh pemerintah DKI Jakarta yang notabenenya adalah tempat dengan kekerasan tertinggi pada perempuan se-Indonesia. 

Pemerintah diharapkan bisa memperbaiki paradigma dimulai dari aparatur negara hingga masyarakat Jakarta yang tidak memandang serius kekerasan terhadap perempuan. Hal ini akan menyebabkan diskriminatif terhadap perempuan. Ayo Pak Anies, dengarkan jeritan dan tangis kami, perempuan di hari ini, peringatan 'Hari Perempuan Internasional 2018'.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline