Lihat ke Halaman Asli

Iya Oya

Laki-laki

Penghina Tuhan

Diperbarui: 19 Februari 2018   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Nusantara mengaji.com

Entah karena apa. Bisa jadi karena kurang berpikir. Bisa jadi karena kurang melihat realitas. Bisa jadi karena kebanyakan mengkhayal. Apa namanya seseorang yang tak bisa menerima realitas?

Lihat saja bagaimana orang seperti itu menjadi sedih. Dia kecewa karena apa yang didambakannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dia tak bisa menerima kalau Tuhan menghendaki begini sedang dia menghendaki begitu. 

Sadar atau tidak, bisa jadi hal itu sebuah hinaan kepada Tuhan. Padahal dia tahu kalau agama menyuruh untuk berserah diri. Dia tahu perintah itu, tapi dia tak tahu makna sehingga dia pun tak paham bagaimana harus berserah diri. Atau besar kemungkinan kalau dia juga tak tahu kenapa harus berserah diri.

Padahal tak ada kuasa kita. Bukannya manusia hanya harus menjalani apa yang dikehendaki Tuhan dan menerimanya? Dia menyuruh manusia untuk bersabar. Tapi suatu sikap sabar tanpa pengetahuan, sama saja tak ada artinya. 

Kenapa kita harus bersabar? Kenapa tak memberontak saja? Kenapa kita tidak boleh memaki-maki Tuhan atas terjadinya suatu hal yang tak diinginkan itu? Silahkan kalau mau. Tak ada yang melarang. Tapi bukan seperti itu sikap berserah diri yang diperintahkan kepada kita. Bukan hanya dengan bersikap pasif belaka.

Manusia punya kebebasan dan kehendak. Manusia boleh-boleh saja melakukan apa yang dikehendakinya. Tapi, di sisi, lain dia juga harus tahu diri kalau kehendaknya bisa saja tak terwujud. 

Di mana kemampuan manusia kalau dia pun tak bisa menentukan akan lahir di belahan dunia sebelah sana atau sini? Dimana kemampuan manusia kalau dia tak bisa menentukan akan menjadi bangsa ini atau itu?

Agama pun tidak menyuruh kita untuk bersikap pasif. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan, kemampuan, daya, usaha, dan lain sebagainya. Apa artinya kalau tidak kita gunakan hal itu, dimana hal-hal tersebut merupakan karunia Tuhan?

Adalah kekeliruan kalau agama dipahami sebagai suatu ajaran yang membungkam aspek-aspek kemanusiaan kita. Lucu rasanya kalau agama dianggap memenjarakan akal atau rasio. Bagaimana seseorang akan memahami kalau bukan dengan rasio?

Secara keseluruhan, kita hanya akan menemukan pertentangan dengan Tuhan kalau kita pernah mau memahami kehendakNya. Kehendak siapakah yang harus diikuti? Tuhan pun berkehendak. Dan kehendakNya lebih berhak untuk diikuti daripada kehendak kita. Ini hanya soal bagaimana kita untuk tidak terlalu mengikuti atau terpengaruh hal-hal eksternal di luar diri kita. Ini hanya soal bagaimana kita berprinsip erat padaNya dan mau "mendengar" peringatan-peringatan yang dengannya Dia menjaga kita.

Seringkali telinga tersumbat, mata tak bisa melihat dengan benar, pikiran tak digunakan, dan ketajaman mata hati tumpul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline