Dewasa ini, kereta api merupakan moda transportasi yang sangat vital bagi masyarakat dunia. Kereta api bukan hanya berfungsi untuk mengangkut penumpang dari satu titik ke titik lainnya, melainkan juga untuk membantu proses distribusi barang dari lokasi produksi hingga sampai ke lokasi konsumen akhir.
Dengan begitu vitalnya posisi kereta api dalam kehidupan masyarakat kontemporer, tentu sebagian besar masyarakat sudah pernah setidaknya sekali menjajal moda transportasi ini, terutama pada daerah-daerah yang belum memiliki fasilitas angkutan umum jarak pendek dan jarak jauh yang memadai. Penulis sebelum sudah pernah mengulas sejarah kereta api di Indonesia berikut signifikansinya terhadap kehidupan masyarakat sejak saat pertama diperkenalkan (selengkapnya bisa dibaca di sini: https://www.kompasiana.com/satyaangga0102/60879e22b0d81826da04f152/membaca-ulang-sejarah-kereta-api-di-indonesia-memahami-masa-lalu-untuk-masa-kini-dan-masa-depan). Oleh karena itu, tulisan kali ini merupakan pelengkap dalam rangka mengulas sisi filosofis yang lebih abstrak dari sejarah kereta api dunia.
Kereta Api dari Masa ke Masa
Ketika berbicara mengenai sejarah perkeretaapian dunia, terutama mengenai awal mula manusia mengenal kereta api, para peneliti nampaknya agak sulit untuk bersepakat mengenai tanggal pastinya. Beberapa tanggal dapat dijadikan pilihan, tergantung bagaimana setiap kalangan mendefinisikan apa itu kereta api sebagai railways atau rail transport.
Apabila yang disepakati adalah kereta api sebagai kendaraan yang bergerak di atas suatu jalur tertentu, entah itu berbentuk celukan atau batangan rel, yang sudah ditetapkan, maka situs yang ditemukan di Yunani dengan nama Diolkos, yang sudah ada sejak tahun 600 sebelum masehi, dapat dinyatakan sebagai sistem perkeretaapian pertama di dunia.
Walaupun memang gerobak yang berada di atas jalur tersebut masih ditarik dengan tenaga manusia atau hewan, prinsip kerjanya boleh dibilang serupa dengan sistem kereta api modern (Lewis, 2001) yang pada dasarnya telah menetapkan jalur tertentu yang hanya dapat dilalui rangkaian kereta.
Kendati demikian, tentu ada sebagian kalangan yang menganggap tidak ada perbedaan antara sistem Diolkos dengan gerobak biasa. Untuk memberikan distingsi tambahan, sebagian dari mereka mengusulkan agar definisi sistem perkeretaapian dipersempit menjadi sebuah gerobak atau trem yang berjalan di atas jalur yang bukan sekedar celukan dalam tanah melainkan telah ada batangan relnya.
Berdasarkan pemahaman itu, maka Wagonways, yang mulai berkembang di Inggris dan Eropa sejak abad ke-16 dan dipergunakan untuk mengangkut barang tambang sejak 1550, adalah kereta pertama yang dikenal peradaban manusia. Seperti halnya Diolkos, Wagonways masih mengandalkan tenaga manusia dan hewan untuk pengoperasiannya pada zaman tersebut. Pada era kontemporer sendiri, beberapa rute masih aktif beroperasi kendati tentunya kini dengan gerbong yang digerakkan dengan tenaga mesin (Lee, 1943) (Allison, Murphy, & Smith, 2010).