Lihat ke Halaman Asli

Apakah Kita Harus Mencintai Apadanya?

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masalah cinta kadang berbicara masalah tanpa logika , semua orang berhak memilih siapa saja untuk menjadi pendamping hidupnya . Meski tujuannya adalah membangun kebahagian , namun cinta selalu menghadirkan fatamorgana dalam kehidupan . Itulah cinta namun banyak yang salah dalam menjalankannya . Bila menentukan cinta dengan tanpa logika maka tidak ada yang salah ketika cinta itu berubah menjadi hiasan kata kata tanpa mengamalkan arti cinta yang sebenarnya .

Mengatasnamakan mencintai apa adanya kepada pasangan ketika awal kebahagiaan namun saat kesedihan melanda penyesalan menjadi kata kata yang sering diutarakan . Maka suatu kebohongan jika mencintai itu tanpa logika , pada hakikatnya mencinta itu dengan logika sehingga munculah rumusan cinta terbaru yaitu Mencintai Ada Apanya

Bagaimana bisa mencintai ada apanya ? bukankah itu adalah sesuatu yang salah dan banyak perhitungan ? jika kita manusia sejati yang ketika mencinta orientasinya adalah sebuah komitmen maka memperhitungkan adalah sebuah keharusan .Ini sama sekali tidak ada yang salah dan ini adalah sebuah proses menuju kebahagiaan . Bukankah kita tidak mau mempunyai pasangan yang malas bekerja atau sedikit berusaha ? Bukankah kita ingin mempunyai pasangan yang rajin bekerja dan banyak berusaha ?

Berarti sebuah kesalahan ketika ada satu pasangan yang mencintai apa adanya ? padahal tidak ada kesalahan sama sekali jika ada satu pasangan yang saling mencintai apa adanya . Yang salah adalah bagaimana kita menempatkan perkataan ini . Mencintai apa adanya hanya berlaku untuk satu pasangan yang sudah melakukan sebuah komitmen atau pernikahaan maka lebih tepatnya perkataan mencintai apa adanya hanya digunakan untuk tabiat pasangan yang tidak bisa dirubah atau ketidaksempurnaan dalam fisiknya .

Bagaimana Nabi Muhammad Saw mencintai Siti Khadijah kala itu yang perbedaan umur bisa dibilang cukup jauh , namun apa yang dilakukan Nabi Muhammad bukanlah sesuatu yang mencintai apa adanya sebelum menikah tetapi sesuatu yang banyak perhitungan . Lalu apa yang diperhitungkan Nabi Muhammad Saw ?

Siti Khadijah adalah wanita yang begitu terkenal dengan ketaatannya kepada Allah , ia pun mampu menjaga diri dari hal hal yangdilarang oleh Allah . Inilah yang menjadi perhitungan Nabi Muhammad Saw menjadikan Siti Khadijah menjadi istrinya . Sehingga dengan perhitungan yang begitu pintar oleh Nabi Muhammad Saw , beliau pun tidak akan pernah khawatir dengan khadijah ketika Rasul keluar rumah untung berdagang dan berdakwah .

Kisah diatas memberikan pandangan kepada kitabahwa untuk menjadikan seseorang sebagai pedamping hidup harus mempunyai bebet dan bobotnya sehingga tidak ada yang namanya mencintai apa adanya , misalnya dalam konteks pasangannya seorang pemabuk . Maka dari itu carilah pasangan hidup yang mampu menjaga diri , taat kepada suami dan selalu memotivasi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline