Lihat ke Halaman Asli

Kristal

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Surabaya, 14 Juli 2011
23.00 WIB, Rumah Aura

Aura masih terdiam. Hampir 5 jam sejak ia pulang, ia hanya duduk di balkon kamarnya. Memeluk boneka kesayangannya sementara matanya hanya menatap kosong. Saat ini sepertinya tak ada apapun yang sanggup dicerna otaknya. Memorinya hanya sanggup menampilkan slide-slide yang sama sedari tadi. Dengan tokoh yang sama. Biyan, biyan dan biyan.
Aura mengerjapkan matanya, tak ada air mata. Tapi ia merasa seperti sudah menangis seharian. Untungnya ini sudah malam. Karena kalau siang, mamanya pasti akan menemukan kondisi yang tidak menyenangkan dari anak sulungnya ini.
23.00 WIB waktu yang ditunjukkan jam digital di meja belajarnya, tapi mata Aura sepertinya Cuma bisa pasrah menuruti hatinya yang tak ingin terlelap.
~klink~
handphone putih yang tergeletak disampingnya berbunyi. Bbm, pikirnya. Aura hanya melihat sekilas, tanpa membuka pesan di bbm nya tersebut. Tanpa peduli siapa pengirimnya. Sekali lagi, entah untuk keberapa kalinya Aura menghela napasnya yang terasa amat berat.
Di bacanya pesan bbm itu sebelum akhirnya memutuskan untuk tidur. Berharap esok pagi, semuanya membaik.
...

Surabaya, 15 Juli 2011
10.15 WIB, Kampus

Nampak Aura sudah berada dikantin kampusnya, kelasnya sudah selesai. Hari ini ia Cuma ada satu mata kuliah kelas pagi. Di minumnya jus jeruk yang sudah hampir 15 menit menemani Aura di kantin.
“Siang cantik,” sapaan khas itu membuat Aura menoleh perlahan, tersenyum tipis dan kembali meminum jusnya.
Alan mengerutkan keningnya. Tidak biasanya pacarnya ini diam saja. Dan segera ia duduk di samping Aura.
“kamu kenapa? Gak enak badan?,” Alan bertanya sambil menempelkan telapak tangannya ke kening cewek di sampingnya itu.
Aura menggeleng pelan, “gimana kuis kamu? Lancar?.” Ia malah balik bertanya dan semakin membuat Alan bingung. Tapi pada akhirnya cowok itu Cuma mengangguk, tanpa menyembunyikan rasa herannya.
“kamu kenapa sih, Ra?.” Tanyanya lagi, berharap kali ini, ada jawaban yang dia butuhkan.
Tapi sekali lagi Aura menggeleng pelan, “ga papa Lan, i’m okay.” Senyum tipis tersungging dibibirnya. Alan menyerah, sepertinya ia belum akan mendapatkan jawabannya sekarang.
“ya, udah. Kamu udah kelar kan? Jalan yuk, ada acara music di SMA nya temenku. Okey?.” Pinta Alan. Kali ini Aura mengangguk. Alan tersenyum dan segera beranjak ke kasir kantin. Aura memandanginya tanpa Alan tahu.

11.30 WIB , SMA A

Alan dan Aura sampai di lokasi acara pensi SMA Yudha, teman Alan. Sama-sama pemusik, hanya saja mereka tidak satu kelompok. Yudha lebih dulu mengawali karirnya di dunia music dengan masuk label, sementara Alan 1 tahun setelahnya.
“Hai my brother in crime, thanks ya udah dating.” Yudha terlihat sumringah dengan kedatangan mereka, Alan Cuma terkekeh, dia sudah sangat hafal temannya satu ini.
“Hai nona Alan yang manis,” Aura pun Cuma tersenyum menanggapi celotehan Yudha. Dia memang cukup akrab dengan Yudha.
“hemh, ada si Eren, mampus lo,” gumam Alan, membuat Yudha terbahak.
“weits, santai, dia lagi ga bisa dating. Jadi bisa sedikit bebas melirik cewek cantik yang bertebaran disini,” Yudha mengerlingkan matanya pada Aura.
Tak lama Yudha meninggalkan Alan dan Aura untuk perform, Alan Nampak menikmati vocal temannya itu, sementara Aura justru lebih meresapi lagu yang di bawakan Yudha

Maafkan sayang, jika ku harus pergi
Mungkin memang, cinta telah pergi
Tinggalkan hatiku
Maaf lukaimu,,

Aura menatap kosong, hampir saja air matanya keluar. Dengan cepat Aura menguasai dirinya kembali. Ia tak ingin Alan melihatnya.

17.00 WIB, Rumah Aura

“makasih ya Lan, kamu cepet pulang, istirahat.” Sesampainya didepan rumah Aura, Honda jazz Alan berhenti, dan Aura segera keluar. Alan tersenyum mendengar ucapan Aura.
“siap, cinta. Kamu juga. Aku pulang dulu, dagh.” Alan mengendarai mobilnya.
Aura masih menatap kepergian Alan, samapi hilang di kelokan jalan.
“semoga kamu benar-benar pulang.” Lirihnya sebelum masuk rumah.
Aura segera masuk kamarnya, tanpa mandi, ia langsung merebahkan diri di kasurnya. Berguling memeluk mong. Menangis terisak, air mata yang sedari tadi ditahannya saat bersama Alan, tak lagi mampu dibendung. Tangannya menggenggam erat kalung pemberian Alan.

20.00 WIB Crackers Cafe

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline