Lihat ke Halaman Asli

Darius Tri Sutrisno

Penjaga warung kopi samiroto

Puisi | Kemarau yang Pendek

Diperbarui: 24 Juni 2019   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by www.Inilah.com

Kesadaran kami di bawah tombak. Aku di bingkai oleh nyaringnya bom liar. Kami tidak sebebas merpati. Merpati hanya ada di kepala orang dungu. Kami singa yang berandai bersayap dan berpunya sesuatu selain senjata tajam.

Kau tau perasaanku sekarang. Jika tau kenapa kau diam saja. Sadar tidak kepalamu membotak. Aku pernah botak disengaja oleh seseorang karena aku mencuri buahnya. Kawanku pergi mengambil pentungan. Ia roboh kalah besar dan kuat.

Pagi lalu semua burung mati. Mengapa mereka mati kau juga tak tahu? Mereka ditembaki orang. Aku mengenal salah satunya. Dia kawan bapakku. Tukang tipu kelas teri. Sampah rumahnya selalu menggunung. Anak gadisnya belepotan.

Aku jongkok tidak untuk kau. Kau jorok. Suka menelan ludahmu seterusnya. Kau mau bunga. Ini tinggal satu warna putih. Tak berduri juga tak berguna. Ambil saja.

Bajumu bagus. Dapat darimana? Boleh sesekali aku pinjam. Aku suka warna gelap. Mencipta dingin dikala malam. Seolah manusia kasat mata. Aku pinjam sehari untuk mencuci tangan.

Kau kelaparan? Aku lapar! Mereka lapar tidak? Ah, kau lapar apa? Oh, itu, biarkan saja. Lapar sajalah, kau beda.

Ini peliharaanku, kenalkan. Dia anjing pintar pemurung. Penyuka buah. Larinya meninggalkan air liur. Suka pula dengan pemain orkestra musiman.

Kau mengapa kurusan ?! Panas?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline