Lihat ke Halaman Asli

Dandi Satria

mahasiswa

Strategi Pakan untuk Menghasilkan Daging Sapi Sehat Melalui Pakan Protein By Pass dan Mikroenkapsulasi

Diperbarui: 26 April 2024   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indian Cattle

Ternak sapi potong adalah salah satu komoditas strategis untuk pengembangan peternakan di Indonesia. Pertumbuhan badan (bobot badan) sangat diutamakan dalam ternak potong, yaitu untuk mendapatkan daging yang maksimal. Pertumbuhan bobot badan pada ternak potong dipengaruhi oleh tiga hal yaitu pakan, genetik ternak, dan kesehatan ternak. 

Pakan merupakan faktor utama dalam usaha peternakan. Pakan ternak potong dibedakan menjadi dua yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia. Sedangkan konsentrat merupakan hasil dari pencampuran bahan pakan yang dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan nutrient pada ternak. Ternak potong lebih banyak membutuhkan konsentrat dari pada hijauan, tetapi hijauan tetap penting pada kebutuhan pakannya.

Tubuh ternak potong membutuhkan asam amino yang didapatkan dari penyerapan protein. Penyerapan protein ini dilakukan dalam usus halus atau pasca rumen. Protein yang tidak terdegradasi dalam rumen akan lolos dan diserap oleh usus halus bersama dengan nutrient lain. 

Protein inilah yang disebut dengan protein by pass. Salah satu cara untuk mendapatkan protein by pass adalah dengan pemberian pakan yang tidak mudah difermentasikan oleh rumen. Seperti pada penetilian yang dilakukan oleh Dona dan Triani, menggunakan bahan pakan dari limbah pertanian (kulit buah kakao). Asam amino ini merupakan zat penyusun nutrient dalam daging sehingga sangat diperlukan guna menghasilkan daging yang berkualitas.

Kandungan asam lemak jenuh pada daging dapat meningkatkan resiko penyakit. Salah satu penyakit yang beresiko adalah jantung korener atau coronary heart disease (CHD) yang dapat menyebabkan kematian. Asam lemak jenuh ini dibentuk pada proses biohidrogenasi mikroba rumen yang mengubah asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh. 

Metode mikroenkapsulasi selain bertujuan untuk menghindari proses biohidrogenasi di rumen. Oleh itu, perlu adanya inovasi untuk menurunkan asam lemak jenuh pada daging dengan metode mikroenkasulapsi.

Mikroenkapsulasi merupakan suatu Teknik untuk memerangkap droplet cair, partikel atau gelembung gas bahan inti dalam film bahan penyalut, sehingga partikel-partikel inti mempunyai sifat fisika dan sifat kimia yang diharapkan. Salah satu pakan yang digunakan dalam metode enkapsulasi adalah menggunakan minyak ikan. 

Teknik mikroenkapsulasi akan mengubah fase minyak dari fase cair menjadi fase padat, hal ini dapat mengurangi kendala penggunaan minyak secara langsung dan diharapkan minyak terlindungi oleh penyalutnya, sehingga proses biohidrogenasi pada minyak yang kaya asam lemak tidak jenuh dapat dihindari. 

Selain menggunakan minyak hewani juga bisa menggunakan minyak nabati. Minyak nabati dapat digunakan sebagai sumber energi pendukung di dalam pakan untuk memenuhi kebutuhan energi yang tinggi. Minyak wijen yang diproteksi dengan mikroenkapsulasi dapat meningkatkan kandungan asam oleat (C18:1) akibat adanya akumulasi dari proses biohidrogenasi asam linoleat (C18:2) yang dapat membentuk asam vasenat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline