Lihat ke Halaman Asli

Satrio Yudha Kurniawan

Ordinary People

Toxic Positivity, Sang Sisi Gelap Positive Vibes

Diperbarui: 6 April 2021   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

toxic positivity yang merupakan bagian dari edukasi mental heath. sumber: psychologytoday.com

“Udah gapapa, positif thinking aja lah”

“Semangat dong, aku aja bisa masa kamu ngga bisa”

“Sabar aja, masalah mu ngga ada apa-apanya daripada masalahku”

Pernahkah anda mendengar atau bahkan mengucapkan salah satu dari kalimat di atas? Bagaimana perasaan anda jika perkataan tersebut ditujukan ke anda? 

Mungkin beberapa orang akan menjadi sakit hati jika mendengar perkataan terbut, ada juga yang cuek dengan kalimat-kalimat tersebut. Tahukah anda bahwa kalimat-kalimat di atas merupakan contoh Toxic Positivity. Lalu apa itu Toxic Positivity dan bagaimana cara mengatasinya?

Pengertian Toxic Positivity

Toxic positivity adalah asumsi, baik oleh diri sendiri atau orang lain, bahwa meskipun seseorang mengalami penderitaan emosional atau situasi yang sulit, mereka seharusnya hanya memiliki pola pikir positif atau istilah kerennya positive vibes” tutur Dr. Jaime Zuckerman seorang psikolog klinis di Pennsylvania yang mengkhususkan diri di bidang gangguan kecemasan dan harga diri.

Zuckerman mengatakan bahwa "toxic positivity, pada intinya, adalah strategi penghindaran yang digunakan untuk mendorong dan membatalkan ketidaknyamanan internal." Tetapi ketika Anda menghindari emosi Anda, Anda sebenarnya menyebabkan lebih banyak kerugian.

Saya sendiri mengartikan toxic positivity ini sebagai penutup sisi negatif kita dengan cara terlalu banyak berpikir positif tanpa melakukan sesuatu hal baik yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan sisi negatif tersebut. Sudah kodratnya bahwa manusia itu tidaklah sempurna dan banyak kurangnya, adanya toxic positivity ini dapat menyangkal kodrat tersebut.

Ciri-Ciri Toxic Positivity

  1. Menyembunyikan / Menutupi perasaan Anda yang sebenarnya
  2. Mencoba untuk "langsung saja" dengan menjejali / menghilangkan emosi
  3. Merasa bersalah karena merasakan apa yang Anda rasakan
  4. Meminimalkan pengalaman orang lain dengan kutipan atau pernyataan "merasa baik"
  5. Mencoba memberikan perspektif seseorang (misalnya, "bisa jadi lebih buruk") daripada memvalidasi pengalaman emosional mereka
  6. Mempermalukan atau menghukum orang lain karena mengungkapkan rasa frustrasi atau apa pun selain hal positif
  7. Menyingkirkan hal-hal yang mengganggu Anda dengan kalimat "Ini adalah apa adanya"

Mengatasi Toxic Positivity

1. Hindari Mengabaikan Perasaan dan Emosi

Akui dan terima apa yang kamu rasakan, dan rasakan semua emosi kamu, baik atau buruk. Duduklah bersama mereka. Menghindari perasaan hanya akan memperpanjang ketidaknyamananmu.

2. Ingat “Its Ok not to be OK”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline