Lihat ke Halaman Asli

Rachel Venya vs Netizen, Bukti Kekuatan Jejak Digital

Diperbarui: 2 Januari 2022   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemeriksaan Rachel Venya di Polda Metro Jaya Sumber Foto: CNN Indonesia

Pada hari ini kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

Kasus kaburnya Rachel Venya banyak membuktikan bahwa jejak digital memang sangat memiliki kekuatan. Sepanjang apapun alasan seseorang hal tersebut bisa dibantah ketika terdapat rekaman digital. Sebagai seorang selebgram dengan jutaan followers tentunya semua sesuatu yang diunggah akan menjadi konsumsi banyak orang.

Baru-baru ini masyarakat dihebohkan oleh kasus kaburnya Rachel Venya dari karantina. Kasus ini bermula dari cuitan yang muncul dari sebuah utas di Twitter yang ramai dikomentari. Utas tersebut menampilkan deretan komentar di kolom Instagram, testimoni dari seseorang yang menyebut dirinya petugas Wisma Atlet. Dalam cuitan tersebut menyebutkan bahwa Rachel Venya dan pacarnya berada dalam satu kamar dan hanya dikarantina selama tiga hari. Dijelaskan pula dalam tuduhan itu, petugas sudah meminta buku nikah sebagai syarat agar bisa sekamar, namun kemudian pihak Rachel Vennya menyebut mereka tidak hanya berdua, tapi bertiga dengan manajer Rachel Vennya yang adalah seorang perempuan.

Pasalnya memang benar bahwa Rachel Venya baru kembali dari perjalanan bisnisnya bersama Erigo team di New York. Dia selalu meng-update kegiatannya selama di New York bahkan sampai waktu kepulangan.  Meskipun tidak diketahui pasti kapan dia tiba di Tanah air.

Fakta tersebut membuat warganet berbondong-bondong menghakimi Rachel Venya. Seorang selebram dengan pengikut jutaan tersebut sampai harus menonaktifkan akun isntagramnya. Dia juga enggan berkomentar apapun hingga akhirnya berani bersuara pada podcast Boy Wiliam.

Pada podcast Boy Wiliam, Rachel menjelaskan bahwa sebenarnya dia tidak karantina sama sekali di Wisma Atlet seperti yang bayak dibicarakan. Dia juga menyanggah bahwa sekamar dengan Salim, pacarnya. Sontak pernyataan tersebut membuat geram warganet karena mereka memiliki bukti kuat bahwa Rachel dan Salim sempat karantina di Wisma Atlet. Bukti tersebut adalah sebuah instastory Rachel Venya sendiri yang langsung dihapus setelah dua menit. Instastory tersebut memperlihatkan mirror selfie Rachel Venya dan Salim di dalam kamar. Klarifikasi yang dilakukan Rachel di podcast Boy Wiliam seakan menjadi bumerang bagi Rachel sendiri. Bukannya bersimpati, warganet justru semakin habis-habisan mem-bully Rachel Venya.

Jejak Digital

Dewasa ini, aspek keamanan penggunaan teknologi tidak dapat dipungkiri salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan. Perkembangan teknologi informasi  yang begitu pesat memang memudahkan manusia dalam berkomunikasi. Pola perilaku masyarakat pun turut mengalami berbagai pergeseran entah dari segi bersosialisasi maupun aspek lainnya. Perkembangan teknologi informasi tersebut mampu membawa ke dampak positif maupun negatif tergantung bagaimana menyikapinya. Ketika seorang sadar bahwa segala sesuatu di dunia digital akan selalu terekam maka dia akan berpikir dua kali untuk  bertindak. Faktanya secara sadar maupun tidak sadar aktivitas kita berinternet dalam dunia maya akan selalu meninggalkan jejak digital (digital footprint). Dunia digital memiliki jangkauan yang luas, tidak terbatas ruang dan waktu, mudah diterima serta dibagikan. Unggahan foto, aktivitas berbagi pesan, mengunjungi laman situs, unggahan konten atau meninggalkan komentar, mengisi data pribadi, internet banking dan masih banyak lainnya. Data-data tersebut merupakan jejak digital yang tanpa sadar akan tersimpan secara abadi di internet. Di sisi lain jejak digital bisa memberikan pengaruh positif atau sebaliknya. Dari pengaruh positif nama akan terkenal dan bisa menjadi rujukan orang yang memerlukan informasi spesifiknya. Sedangkan yang negatif akan memberikan masalah jika suatu saat ada tulisan atau cuitan yang mengandung SARA yang berujung pada rusaknya reputasi.

Dampak positif dan negatif berawal dari faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti mencari perhatian, memberi dan meminta pendapat, ingin menumbuhkan citra, dan media sosial sudah menjadi candu bagi beberapa individu. faktor eksternal bisa meliputi tren yang sedang terjadi, influencer terkenal, iklan, lingkungan sosial. Beberapa faktor-faktor barusan bisa menjadi positif jika digunakan dengan seperlunya dan tidak berlebihan. Dan kebalikannya, jika digunakan dengan tidak bertanggung jawab dan berlebihan bisa menimbulkan dampak negatif yang bisa berakibat buruk bagi pengguna itu sendiri.

Media Sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline