Lihat ke Halaman Asli

Kang Dedi Mulyadi, Pilkada dan Figur Nasionalis

Diperbarui: 4 Oktober 2024   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Juson Simbolon Berdama Peradi Bandung

Bisa jadi banyak aktivis di jaman saya terjun ke dunia politik diawali perkenalan dengan buku Indonesia menggugat: Pidato pembelaan Bung Karno di depan Pengadilan Kolonial Bandung, 1930.

Salah satu kutipan pidato Bung Karno dalam Indonesia Menggugat “Kami mengetahui, bahwa kemerdekaan memerlukan waktu untuk mencapainya. Kami mengetahui bahwa kemerdekaan itu tidak akan tercapai dalam satu helaan napas saja”
Benar, bahwa kata merdeka itu telah diproklamirkan sejak 1945. Proses dialektika bangsa ini berjalan terus-menerus, melewati beberapa fase pemerintahan.

Satu hal yang menjadi keresahan kita, khususnya kaum nasionalis. Mengapa kepemimpinan seolah tidak lagi sama antara perkataan dan tindakan. Kenapa para calon pemimpin publik tidak lagi dinilai dari pemikirannya? Tidak lagi dilihat dari pandangannya tentang kebangsaaan, kedaulatan ekonomi, politik dan budaya?

Banyak orang berpendapat akibat rendahnya literasi dan rendahnya pemahaman sejarah. Tetapi menurut saya, hal yang paling menentukan akibat politik hanya dianggap industri untuk meraup keuntungan. Transaksi serta kesempatan merampok dan dirampok.

Maka tidak jarang, gimmick menjadi sajian utama. Bayangkan saja, sejak politik masuk gorong-gorong diperkenalkan. Semakin banyak calon Kepala Daerah bertindak aneh-aneh. Bikin sensasi di media sosial, mempertontonkan dada dan pesona glowing wajahnya. Menunjukkan tonjolan alat vitalnya dengan pakaian serba ketat, untuk memikat kaum tertentu. Bahkan banyak hal absurd mereka lakukan demi sensasi dan popularitas di media sosial.

Dok. Juson Simbolon

Jika ada calon kepala daerah saat ini kalian gaung-gaungkan di media sosial. Cobalah sedikit memberikan referensi tentang mereka. Pemikiran mereka seperti apa tentang kebangsaan, tentang nasionalisme. Sebab Kepala Daerah tidak akan pernah bisa mengelola sumber daya daerahnya untuk kesejahteraan rakyat, jika dia tidak paham atas kondisi sosial masyarakat dan kebijakan nasional serta tantangan global bangsa Indonesia, kini dan yang akan datang.

Meskipun kalian tidak mengajak netizen untuk mendukung dan memilih calon yang kalian gaung-gaungkan, setidaknya kalian berkontribusi untuk menyajikan informasi figur yang kalian dukung. Saya kira, jika figur itu benar-benar punya semangat keselarasan atas pikiran, ucapan dan tindakan, niscaya siapapun pasti akan mendukungnya. Sebab Pilkada momentum bangsa ini untuk mempersiapkan Pemimpin Indonesia di masa yang akan datang.

Atau jangan-jangan kebanyakan dari kita mendukung dan berkampanye bagi seorang Calon Kepala Daerah, hanya karena dia anak pejabat, menantu pejabat, artis atau keturunan mafia lokal yang punya kecukupan logistik untuk dirampok? Jika itu dasarnya, ya bahaya sekali bangsa ini kawan.!

A Luta Continua.!
Lawamena Haulala.!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline