Lihat ke Halaman Asli

Satrio Anugrah

Football Coach, Football Writer

Revolusi Mandek Juventus

Diperbarui: 23 Maret 2021   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : bola.kompas.com

Kekalahan dari Benevento menempatkan Juventus dalam Limbo. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir, mereka berpeluang mengakhiri musim tanpa Scudeto. Walau jarak dengan Inter Milan hanya 10 poin, yang secara matematis masih bisa dikejar, lain dengan Ronaldo Cs, Skuad Antonio Conte konsisten meraih kemenangan. 

Untuk Pirlo yang awalnya ditunjuk sebagai pelatih U23, performa Juventus sebenarnya tak buruk-buruk amat. Walau tersingkir di Liga Champions, juga terpuruk di posisi empat Serie A, kita bisa melihat ide sepakbolanya mulai terbentuk, konsistensi adalah step selanjutnya. 

pertanyaannya, maukah Agnelli menunggu konsistensi itu berbuah? setelah periode sukses bertahun-tahun, apakah kegagalan menjadi nomor satu musim ini bisa diterima?

saya hendak meneruskan ke kalimat berikutnya, namun yang tak kalah penting, Bagaimana Cristiano Ronaldo? 

Semua ini berawal dari Projek Revolusi Juventus gagasan Agnelli. Tentu, melihat perkembangan sepakbola modern yang lebih ekspansif, Agnelli dan rombongan tak ingin ketinggalan. Hal pertama yang melintas di benaknya adalah Juventus dengan sepakbola progresif. Sepakbola Dominan, sebuah tontonan megah yang menyenangkan hati penggemar. 

Allegri yang telah menjadi pelayan luar biasa di depak, datanglah seorang pria yang lebih tua tapi punya otak sepakbola yang lebih muda (katanya). Maurizio Sarri dipercaya menjadi nakhkoda rencana agung ini. Dengan Cristiano Ronaldo sebagai bintang utama. Tidak ada yang menyangka semusim kemudian Sarri dipecat, dan Liga Champions masih jadi mimpi semata. 

Tak salah ingin memainkan sepakbola indah, karena semua klub terbaik di dunia ingin melakukannya. Yang salah, adalah membawa kejayaan masa lalu untuk membangun masa depan. Cristiano Ronaldo adalah simbol kesuksesan gaya lama. Mendatangkan pemain hebat untuk menjadi juara. Datang daat usianya 33 tahun, Ronaldo jelas bukan untuk masa depan. Sepakbola indah Sarri di Napoli ranum setelah 3 musim, di Italia tak ada yang memainkan si kulit bundar lebih baik dari tim nya Sarri. Pun demikian, ia gagal mempersembahkan Trofi untuk klub kota Naples dan akhirnya pergi. 

Rencana dan ekskusi yang kontradiktif ini kemudian menjadi beban yang ditanggung seorang rookie bernama Andrea Pirlo. Walau Agnelli meyakinkan bahwa Pirlo dan Ronaldo akan bertahan di akhir musim, mengingat posisi mereka di tabel klasemen, ancaman absen berkompetisi di Liga Champions ada di depan mata. Dan kalau sampai terjadi, sulit membayangkan Pirlo dan Ronaldo berbagi ruang ganti yang sama.  

Max Allegri yang jadi korban revolusi ini mungkin masih menyimpan bara dalam hati. Dalam sebuah kesempatan ia mengomentari situasi Juventus kini 

"ada hal-hal yang tidak diajarkan di kursus kepelatihan, hal-hal yang didapatkan dari pengalaman."

Agnelli mungkin sedang mempertimbangkan merekrutnya lagi. 

Kalau akhirnya begini, untuk apa repot-repot berevolusi?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline