Lihat ke Halaman Asli

Satrio YogaPratama

Universitas Mercubuana

K09_Epithumia, Thumos, dan Logistikon Platon untuk Terhindar dari Kejahatan atau Korupsi

Diperbarui: 28 Oktober 2022   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Modul 9 Pendidikan anti korupsi dan etik UMB. Dokpri 

Nama : Satrio Yoga Pratama

NIM : 42321010086

Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Universitas Mercubuana

Menurut Plato, filsafat merupakan ilmu yang memunculkan hasrat buat terus menerus mencari ketahui. Jadi, sepanjang kita seluruh senantiasa mau ketahui secara kodrati, kita sesungguhnya berjiwa seseorang filsuf. Pendek kata, filsafat bertitik tolak dari rasa mau ketahui.( Wibowo 2010: 21).

Berikutnya, hasrat buat mencari ketahui itu wajib didasari oleh pengetahuan hendak diri sendiri, sebab gimana bisa jadi kita mencari ketahui suatu dengan bijaksana bila kita tidak mengidentifikasi diri kita sendiri. Hingga yang jadi berarti merupakan diri sejati manusia merupakan jiwanya. 

Di dalam jiwa ini, ada 3 dorongan: Inti benak, afektivitas serta nafsu- nafsu. Berpijak dari mari, dalam dunia instan yang terpentas, terdapat suatu indikasi yang kerap tidak disadari serta kurang sanggup dikendalikan.

Kerapkali timbul tindakan- tindakan yang kebablasan, perilaku yang merasa ketahui segala- galanya sementara itu tidak memahami dengan sebenar- benarnya, tercantum kurang sanggup membedakan apa serta gimana metode bawa diri di hadapan universal. 

Hingga dalam keadaan demikian, manusia ditatap butuh buat belajar serta menyadari kalau pengendalian diri merupakan berarti. Bagi dimensi Plato, karakteristik manusia yang mumpuni bisa dilihat dalam kerangka lapisan: Epithumia, tumos serta logistikon

EPITHUMIA

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline