Pelemahan rupiah adalah satu indikator makroekonomi, yang cukup ditakuti dan sumber kegalauan perekonomian di negara kita.
Kondisi rupiah yang lunglai atau tak bertaji, berpotensi menyeret banyak sektor perekonomian pada kemerosotan.
Jika disederhanakan, penyebab utama depresiasi rupiah ini ada dua faktor:
1. Faktor internal
Faktor ini dikarenakan kondisi neraca transaksi berjalan yang tengah menderita defisit.
Kemungkinan lainnya adalah pembelian valuta asing (valas) yang berlebihan - yang dilakukan perusahaan untuk membiayai aktifitas impor atau untuk melunasi hutang luar negerinya yang jatuh tempo, misalnya.
2. Faktor eksternal
Faktor pemicu yang satu ini sifatnya rada-rada 'force majeure' -lah, karena bukan kesalahan ataupun dosa perekonomian dari dalam negeri, melainkan dikarenakan relasinya dengan krisis global. Dengan kata lain, penyebabnya berasal dari uar batas wilayah negara kita, yang tak ada kaitannya dengan kebijakan ataupun aktifitas ekonomi kita.
Contohnya adalah imbas dari perang dagang antara negara-negara adi kuasa, atau yang paling jelas adalah contagion effect (penularan krisis ekonomi/ finanasial lintas negara), seperti yang penah terjadi pada masa silam..
Nah, sekarang? OK, lah, harga masker boleh melambung di pasaran akibat ancaman Virus Corona, tapi diharapkan kondisi kesehatan si Rupiah cukup 'fit'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H