Lihat ke Halaman Asli

Lingua Creativa

"Mumpung Masih Muda, Perbanyak Karya dan Pengalaman!"

Bujang Gadis dan Karakter Buruk Sebagai Penyakit

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bujang Gadis Dan Karakter Buruk Sebagai Penyakit

Menyikapi realita terhadap kondisi anak muda saat ini sungguh memerlukan perhatian yang bijak. Anak muda atau umumnya yang kita kenal dengan istilah bujang untuk sebutan laki-laki yang memasuki masa dewasa dan gadis untuk perempuan memiliki karakter yang berbeda-beda. Namun, seringkali kita perhatikan bahwa pada seorang bujang atau gadis masih terjadi kecenderungan sikap maupun sifat yang belum sampai pada kondisi yang ideal, dapat pula dikatakan buruk, realita sosial yang sering terjadi.

Karakter merupakan bentuk atau gambaran yang dalam hal ini seseorang. Seseorang dengan sifat yang secara naluri terlihat baik, dari segi perilaku maupun kebiasaan-kebiasaan dalam keseharian dapat dikatakan memiliki karakter yang baik. Karakter baik tentunya dapat kita peroleh dari Tuhan Maha Pencipta, sebagai karunia setiap individu, dapat pula dengan mencarinya atau dibantu oleh orang lain untuk memunculkannya.

Sungguh mengherankan ketika kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini tidak terlalu mementingkan akan berharganya jika kita merasakan adanya karakter baik yang juga dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita dengan memahami dan memperoleh kebaikan dari karakter baik yang kita miliki. Hal demikian memang tidaklah mudah untuk mendapatkannya. Seseorang harus mengoptimalkan segala upaya dalam memaksimalkan diri agar memiliki karakter baik itu.

Di sisi lain, kita menginginkan adanya karakter baik di dalam diri sehingga bermanfaat positif dalam menjalani kehidupan yang sangat keras ini, sisi lain lagi kematangan dalam berpikir kita belum mencapai pada suatu keadaan yang cukup. Berbagai realita yang ada dapat menjadi alasan hal tersebut. Bujang dan gadis ataukah kita sendiri yang ternyata sedang terkurung oleh problematika karakter masih seperti orang sakit.

Perilaku menyimpang atau melakukan kegiatan yang tidak ada gunanya, kemudian kebiasaan buruk, seperti arogan dalam beberapa hal, suka berpoya-poya, bermalas-malasan, pemarah, dan tidak memiliki kesantunan merupakan karakter buruk yang dimiliki seseorang, bahkan kita sendiri. Itulah sebabnya, bila kita menyadari bahwa kondisi seperti itu ada pada diri kita, tentu harus segera diobati, karena hal demikian dapat dikatan sebagai sebuah penyakit yang jika tidak dihilangkan akan semakin parah, bisa-bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Memang harus selalu kita sadari bahwa sifat atau kebiasaan buruk akan memperparah kondisi pribadi yang pada dasarnya diberi akal dan pikiran yang melebihi makhluk ciptaan Tuhan lainnya, seperti hewan, tumbuhan, dan mkhluk yang hidup lainnya. Sebagai manusia yang mampu berpikir dengan akal yang dimiliki secara tepat dan bijak dalam melakukan banyak hal dalam keseharian tiap kehidupan kita.

Beberapa contoh karakter buruk ternyata akan merusak jati diri kita sebagai insan yang mulia dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa lainnya seperti disebutkan sebelumnya. Salah satu karakter buruk itu, yaitu tidak memiliki kesantunan. Bila kita bandingkan dengan hewan, hewan saja ternyata ada beberapa yang dapat melakukan kebaikan. Contohnya saja hewan peliharaan yang sering dipelihara orang umumnya, yakni ‘kucing’. Hewan tersebut dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh pemiliknya maupun sudah mengerti tidak boleh mencuri ikan di atas meja makan atau duduk setia menunggu pemiliknya memberikan makanan, hal demikian dapat dilatih.

Ada lagi satu contoh hewan, yakni ‘semut’. Bila kita perhatikan semut yang bergerombolan berbaris panjang dan beriringan, ternyata dapat pula kita ambil sebuah pelajaran darinya. Semut sangat memperhatikan kesantunan, baik tingkah laku maupun sifat. Dari tingkah lakunya, semut cenderung menundukkan kepala sambil bersentuhan dengan semut lainnya jika sengaja ataupun tidak ketika saling bertemu di jalur aktivitasnya, hal demikian dapat kita samakan dengan bersalamanketika di antara kita saling bertemu. Dan hal ini ternyata tidak banyak dilakukan oleh beberapa di antarakita atau dengan senyuman tegur sapa pun jarang sekali.

Padahal, baik dengan orang yang lebih tua, sebaya, maupun lebih muda kita tetap dianjurkan untuk menjaga kesantunan dalam berinteraksi. Inilah yang juga harus kita perhatikan dalam keseharian kita.

Barangkali masih banyak contoh sifat atau karakter buruk lainnya yang mesti kita sadari. Akan tetapi, melalui tulisan singkat ini semoga pembaca maupun penulis sendiri setidaknya dapat mengenali contoh-contoh karakter buruk di dalam diri kita sehingga tidak merusak atau menghancurkan hakikat pribadi kita. Kita harus menyadari bahwa pribadi yang baik itu diiringi oleh karakter yang sehat. Karakter yang sehat ialah senantiasa menjaga agar sifat dan tingkah laku kita terus membaik dengan cerminan diri yang bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain di sekitar kita.//SW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline