Lihat ke Halaman Asli

Beragama di Dalam Rasa Kemanusiaan

Diperbarui: 14 Juli 2017   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bisakah engkau membedakan agama dengan kepercayaan?

Mampukah engkau memilah kepercayaan dengan ketaatan?

Jika engkau mampu melihat celah perbedaan itu, maka engkau akan mengerti arti beragama didalam rasa kemanusiaan.

Engkau beragama, tetapi belum tentu engkau percaya. Karena terkadang beragama bukan didasarkan pada kepercayaan, tetapi pada keturunan dan entitas golongan.

Engkau bisa saja mengatakan kalau engkau orang yang percaya, tapi belum tentu engkau taat. Karena didalam kepercayaan, dituntut sikap untuk mentaati, bukan sikap menggurui.

Beragama itu bukanlah sekedar pemakaian atribut yang diciptakan oleh sesama. Beragama itu bukanlah hanya sebatas pada diskusi mengenai surga dan neraka.

Beragama merupakan jala suci menuju suatu jawaban kehidupan yang tak mampu dipecahkan oleh teori.

Beragama adalah pelita dalam menemukan kepastian, pasca kematian.

Beragama hakikatnya menyadarkan pikiran bahwa ciptaan, derajatnya bukanlah sebagai pencipta.

Beragama juga bukan jawaban dan pelarian atas rutinitas harian ataupun mingguan. Agama adalah ajaran terhadap nilai-nilai kebaikan, kesucian dan kemanusiaan.

Keagamaan dan kemanusian bukan dua hal yang pantas untuk dibenturkan. Karena agama tidak pernah mengajarkan arti permusuhan dan pembantaian. Agama justru mencerahkan kodrat manusia sebagai ciptaan yang berharga dimata Tuhan dan dimata sesama ciptaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline