Hai nDung, apa kabar? Selamat ulang tahun ya nDung! Sudah lebih dari 3 dekade kita bersama sejak saya dilahirkan untuk bersamamu. Mungkin kita masih akan bersama beberapa dekade ke depan. Meski demikian, saya mulai tak mengenalimu. Dirimu pasti menyadarinya, karena semua orang berkata: "Bandung, kau berubah!".
Kau pernah disebut 'Parijs van Java' oleh orang-orang Belanda. Pernah pula dipanggil 'Kota Kembang'. Mereka semua punya alasan memanggilmu demikian. Sekarang, bagaimana kami harus memanggilmu? Membandingkanmu dengan Kota Paris sungguh keterlaluan, karena kau memang sudah berubah. Di Paris angkutan kota tak sebanyak ini. Lalu-lintas tak sekacau ini. Pemukiman tak sepadat ini. Pedagang kaki lima tak seperti ini. Paris jelas berbeda denganmu, tapi saya sebenarnya tidak tahu. Saya belum pernah menjejakan kaki di Paris.
Sementara untuk Kembang, saya tak tahu yang dulu mereka maksud dengan kembang itu apakah tanaman atau gadis cantik. Orang-orang sudah tak lagi menanam dan menjaga kembang. Sang Wali lebih senang menanam pohon. Itu pun entah di mana. Bukannya saya menentang hal itu. Tapi menanam tanpa menjaga dan merawatnya tentu akan jadi percuma. Terlebih jika pohon-pohon yang ada justru ditebang untuk digantikan beton-beton hotel dan mal. Kita kehilangan situs-situs bersejarah.
Kau akan punya 'Skybridge', nDung. Tahukah kau apa itu? Sejenis kereta kabel yang melintasimu di ketinggian. Kemudian akan ada MRT atau Mass Rapid Transportation. Sejenis kereta listrik. Katanya dua kereta itu adalah solusi untuk mengatasi kemacetan dan masalah transportasi massa. Saya tidak setuju dengan pendapat itu. Dengan jumlah kendaraan bermotor dan ruas jalan yang ada. Kedua moda transportasi itu hanya akan menjadi kereta wisata yang berpotensi menambah kesemrawutan kota. "Bandung heurin ku tangtung," prediksi sesepuh Bandung dulu. Yang berarti "Bandung sesak oleh manusia" dan semua itu terbukti sekarang.
Sebagai ibukota provinsi, Bandung memang mempunyai daya tarik baik untuk para pengusaha (pedagang) maupun pelajar. Mal, pasar tradisional, pasar kaget, hotel, sekolah, semua muncul hampir tanpa rencana, tanpa tata kelola yang baik. Dan orang-orang pun datang tertarik magnet tanpa rencana dan bekal yang cukup. Imbasnya muncul kemacetan, hilangnya ruang publik yang terbuka, kemiskinan dan konflik dalam masyarakat.
Oh Sang Wali, inikah yang kau sebut 'Kota Jasa yang Bermartabat'? Semua terjadi karena rendahnya tingkat penegakan hukum di kota ini, bahkan di negeri ini! Harapan kami di ulang tahunmu yang ke-202 ini, nDung: Tegakkan hukum di kota ini, sehingga kesemrawutan itu bisa ditekan serendah mungkin. Urus sampahmu dengan baik, bangun PLTSa yang kau gembar-gemborkan sejak dulu. Jauhkan predikat 'Bandung Lautan Sampah' dari kota ini. Bereskan riul dan saluran drainase, banjir 'cileuncang' di musim penghujan menambah kemacetan dan kesemrawutan.
Beri trotoar minimal lima kaki (1,5 meter) di setiap jalan. Tertibkan pedagang yang memakai trotoar. Kami tidak mengerti apa itu 'Tujuh Titik'. Biarkan kami berjalan kaki dengan nyaman menikmati indahnya dirimu. Bersihkan jebakan-jebakan bekas papan iklan yang ditinggalkan begitu saja. Atur papan iklan itu agar tak mengganggu pemandangan. Jalankan moda transportasi massa yang baik, kurangi jumlah kendaraan bermotor. Bangun lahan parkir umum.
Perhatikan jalan-jalan raya agar tak jadi celaka. Bangun pemukiman vertikal, yang murah, yang manusiawi. Sinergikan semua dengan saudara-saudaramu, saudara se-Bandung Raya. Buat otoritas yang mengatur transportasi Bandung Raya. Tak ada yang patut disalahkan. Kelola pasar tradisional yang ada agar tidak kalah dengan pasar modern.
Hargai kreativitas dengan cara yang nyata bukan hanya slogan-slogan. Dukung ekonomi kreatif Bandung memimpin Indonesia. Berikan kesempatan kami mengekspor BUKAN mengimpor kebudayaan. Jangan biarkan kami stres dan terperangkap masalah! Kami ingin berpikir, berucap dan bertindak kreatif dalam solusi. Kami ingin ketenangan, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam keindahan. Biarkan kami. Selamat Ulang Tahun ke-202, Bandung.
Catatan:
Tulisan ini dibuat saat Bandung berulang tahun yang ke-202 tahun 2012.