Lihat ke Halaman Asli

Kebhinekaan Mahasiswa PMM 4 Unair: Mengenal Arsitektur dan Sejarah Monumen Tugu Pahlawan

Diperbarui: 3 Maret 2024   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tugu Pahlawan Surabaya/DOK. PRI

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) merupakan sebuah program mobilitas mahasiswa selama satu semester untuk mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi di Indonesia sekaligus memperkuat persatuan dalam keberagaman. Pada kali ini Mahasiswa PMM 4 Unair khususnya kami, Kelompok Majapahit yang merupakan bagian dari Kelompok Modul Nusantara Sodara Team, berkesempatan untuk mengunjungi Monumen Tugu Pahlawan serta Museum Sepuluh Nopember guna memperdalam wawasan kami mengenai arsitektur Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember.

Tugu Pahlawan Surabaya menjadi salah satu ikon sejarah yang mengingatkan kita pada perjuangan rakyat Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan tentara Sekutu dan Belanda pada 10 November 1945. Untuk mengenang aksi heroisme arek-arek Suroboyo dalam mengorbankan dirinya di medan pertempuran 10 November 1945 dalam melawan sekutu dan Belanda, maka Presiden Ir. Soekarno memberikan ide untuk pembangunan Tugu Pahlawan ini dan kemudian ditindak lanjuti oleh Doel Arwono yang pada saat itu menjabat sebagai walikota Surabaya.

Tugu pahlawan ini di bangun di atas tanah bekas bangunan Raad Van justice yang hancur akibat pertempuran 10 November 1945 yang diresmikan pada 10 November 1952 oleh Ir. Soekarno. Sebelum diresmikan pada tanggal 10 November 1951,  Ir. Soekarno didampingi Doel Arnowo meletakkan batu pertama dan menanamkan piagam sebagai tanda dibangunnya Tugu Pahlawan. Lalu pembangunan Tugu Pahlawan baru dapat dilakukan pada tanggal 20 Februari 1952.

Dalam pembuatan arsitektur Tugu Pahlawan ini yang bertugas membuat desain adalah Ir. Soeratmoko. Beliau telah menyelesaikan 2 desain rancangan Tugu Pahlawan namun desain yang pertama di tolak oleh Ir. Soekarno dengan alasan gambar itu mirip dengan tugu di Amerika meskipun nantinya akan ada patung yang mengelilingi tugu tersebut. Presiden Ir. Soekarno memberikan contoh paku usuk yang di letakkan terbalik sehingga dijadikan sebagai desain kedua yang diperlihatkan ke Ir. Soekarno dan disetujui dengan menyertakan angka 10-11-45, yaitu angka-angka yang mengandung filosofi tanggal bulan dan tahun terjadi peperangan 10 November. Angka-angka tersebut kemudian diaplikasikan pada tugu pahlawan dengan 10 lengkungan 11 ruas dan 45 ketinggian nya yang pada akhirnya menjadi 45 yard yang setara dengan 41,15  meter.

Di sekitar tugu ini, terdapat juga Museum Sepuluh Nopember yang menyimpan berbagai koleksi artefak serta dokumentasi sejarah yang berkaitan dengan peristiwa 10 November 1945. Museum ini juga didirikan untuk mengenang sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo dalam peristiwa Pertempuran Surabaya. Museum Sepuluh Nopember berlokasi di kompleks Monumen Tugu Pahlawan, Jalan Pahlawan, Alun-alun Contong, Bubutan, Surabaya, Jawa Timur.

Museum Sepuluh Nopember didirikan atas usulan dari Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Tujuan dibangunnya museum ini adalah sebagai penunjang keberadaan Monumen Tugu Pahlawan yang lebih dulu didirikan pada tanggal 10 November 1951. Museum Sepuluh Nopember mulai dibangun pada 10 November 1991 dan selesai pada 19 Februari 2000. Peresmian Museum Sepuluh Nopember dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia ke-4, KH. Abdurrahman Wahid yang kerap disapa Gus Dur.

Keunikan museum ini adalah bagian bangunan yang terlihat seperti terpendam di dalam tanah, dan hanya terlihat bagian atapnya saja yang muncul di permukaan tanah. Bentuk museum ini berupa limas atau piramida yang sekilas mirip dengan monumen Louvre yang ada di Perancis. Hal ini karena Museum Sepuluh Nopember berada pada kedalaman 7 meter di bawah permukaan tanah di areal Kompleks Tugu Pahlawan. Bentuk desain Museum Sepuluh Nopember tersebut ternyata memiliki tujuan khusus yaitu supaya tidak mengganggu pemandangan Tugu Pahlawan.

Pada museum ini juga terdapat teknologi terbaru, yakni visualisasi tiga dimensi berupa hologram. Lewat teknologi ini, dokumenter sejarah di Museum Sepuluh Nopember bisa ditampilkan secara tiga dimensi, serta dilengkapi fitur suara. Pemkot Surabaya menyebut pemasangan hologram di museum ini merupakan yang pertama di Indonesia. Museum ini dibuka untuk umum dan menawarkan berbagai fasilitas seperti ruang audio visual, ruang pameran, ruang perpustakaan, dan ruang serbaguna. Museum ini juga menjadi tempat edukasi dan inspirasi bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat sejarah perjuangan bangsa.

Melalui pengalaman ini, kami telah diberi bekal berharga yang menginspirasi mengenai pengorbanan pahlawan dan nilai-nilai kepahlawanan dan patriotisme yang harus terus dijunjung tinggi. Semoga kunjungan ini dapat menginspirasi lebih banyak lagi untuk memahami, menghargai, dan meneruskan semangat perjuangan demi masa depan bangsa yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline