Lihat ke Halaman Asli

Hujan Abu Timbulkan Kecelakaan, Iritasi Mata dan Sesak Nafas

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan abu vulkanik Gunung Kelud, Jumat (14/2) kemarin, menimbulkan kecelakan, penyakit mata dan infeksi saluran pernapasan (ISPA) bagi masyarakat Yogyakarta. Hal itu dikarenakan, jarak pandang yang pendek tertutup abu dan butiran abu yang sangat berukuran kecil, sehingga dengan mudah masuk ke mata dan saluran pernafasan manusia lewat lubang hidung.
Humas Rumah Sakit Pantirapih Yogyakarta Sujarwo menyatakan sampai saat ini sudah ada 9 pasien dewasa yang datang ke RS Pantirapih karena efek dari hujan abu tersebut. "Menurut laporan pemerikasan dari Unit Gawat Darurat (UGD),6 orang di antaranya akibat kecelakaan dan 3 orang karena sesak nafas. Untuk penanganan medis dan pemberian obat kepada pasien, kami lakukan sesuai dengan standar UGD, karena baik pasien kecelakaan dan sesak nafas masih dalam tingkatan tidak mengkhawatirkan. Untuk pasien sesak nafas dilakukan pertolongan dengan memberikan oksigen dan penguapan, agar pernafasannya berjalan ringan serta lancar,"paparnya  Sabtu (15/2).
Terpisah di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta, sudah terdapat 9 pasien yang matanya terinfeksi abu vulkanik. Kepala Tata Usaha Puskesmas Gedongtengen Ana Widiastuti menyatakan penanganan yang dilakukan pihaknya terhadap pasien, dengan melakukan irigasi

atau pembersihan mata.
Kemudian, Puskesmas Gondomanan Yogyakarta juga kedatangan pasien yang mana terjadi infeksi pada mata dan mengalami sesak nafas, akibat terkena butiran abu. Menurut Perawat Puskesmas Gondomanan Awaludin, untuk pasien sesak nafas hanya 1 orang dan pasien yang terinfeksi pada mata 2 orang. Kemudian, dalam penangannya, bagi pasien yang terinfeksi mata diberikan tetes mata. Sedangkan pasien yang mengalami sesak nafas diberikan obat, untuk melancarkan aliran pernafasannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline