Lihat ke Halaman Asli

Denovan Satriandika

Pundit Ala Ala

Catatan Denovan: Saatnya Voters PSSI Menggeleng, Bukan Mengangguk Saja

Diperbarui: 23 Januari 2019   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

20 Januari 2019 dalam kongres tahunan PSSI akhirnya permintaan publik agar ketua umum PSSI yaitu Edy Rahmayadi mundur akhirnya terwujud, sang ketua sekaligus gubernur Sumatera Utara tersebut meletakan jabatannya sebagai orang nomor 1 di sepakbola Indonesia. Sayangnya sang pengganti menurut statuta adalah Joko Driyono atau Iwan Budianto, mengingat Jokdri adalah wakil tertua maka dia naik pangkat menjadi ketua. Entah sampai kapan Jokdri akan ada di kursi nomor 1, apakah sampai masa rezim PSSI sekarang berakhir 2020 atau sebelum 2020 diadakan pemilihan ketua baru melalui kongres luar biasa, semua tergantung voters PSSI dalam hal ini klub Liga 1 sampai 3 dan para perwakilan asprov.

Berbicara tentang voters, dalam 1 dekade terakhir ini voters PSSI terkesan selalu mengangguk saja, mereka mengangguk saat calon ketua nya tidak memiliki latar belakang yang bagus dalam menangani olahraga terkhusus sepakbola, mereka mengangguk saja saat jajaran Executive Commite (Exco) PSSI di isi orang orang yang itu saja, mereka juga mengganguk saja saat ketua umum nya, wakil nya beserta jajaran exco nya merangkap jabatan sebagai gubernur bahkan sebagai pemilik dan masuk jajaran manajemen sebuah klub liga. Ini lucu karena anda bayangkan saja seorang Roman Abramovich ternyata memiliki jabatan penting di FA.

Nah berhubung Pak Edy telah berbesar hati meletakan jabatannya sebagai ketua maka sekarang tugasnya para voters atau anggota PSSI untuk merombak total stigma atau mazhab PSSI yang kadung negatif di mata publik. Caranya? Paling mendasar adalah mencalonkan sekaligus memilih ketua yang kredibel dalam menangani sebuah organisasi, orang yang tidak bisa di stir oleh pihak manapun, orang yang berpengalaman mengahadapi mafia atau cukong, mengapa harus orang yang seperti itu? Karena PSSI adalah lingkungan yang rawan di sisipi oleh oknum seperti itu. Seperti kita tahu jika sepakbola merupakan lahan yang basah, didalamnya banyak sekali uang yang berputar mulai dari kompetisi, denda sampai tunjangan dari FIFA belum lagi rawannya para bandar judi yang masuk sehingga jika ketua nya "tidak kuat iman" salah salah PSSI nanti hanya ganti kostum saja tapi orang nya tetap itu itu saja.

Lalu siapakah orang yang pantas duduk di kursi nomor 1 PSSI ? Saya berpendapat jika nama Basuki Thajaja Purnama cocok mengisi pos tersebut, BTP memang bukan pakar olahraga apalagi sepak bola namun rekam jejaknya sebagai Bupati Belitung Timur, anggota DPR RI dan Gubernur DKI Jakarta saya rasa cukup untuk di jadikan parameter sebab jabatan yang pernah ia emban adalah jabatan yang rawan juga namun BTP telah membutikan bahwa ia bukan tipikal orang yang mudah mengangguk, dia selalu menggeleng kepada oknum oknum nakal selain itu ia juga dulu bisa berprestasi walau mendapat tekanan rintangan yang tidak mudah. Namun ada catatan lain jika BTP menjadi ketua umum maka sekjen nya harus di isi oleh yang paham olahraga maka dari itu nama Azrul Ananda patut di kedepankan dengan catatan dia harus legowo meletakan jabatannya sebagai Presiden Persebaya Surabaya agar tidak muncul stigma negatif di publik. Rekam jejak Azrul cukup menjanjikan dalam hal olahraga, saya tahu betul dia karena dialah yang menyelatmakan IBL Indonesia dari keterpurukan tahun 2010, dia menyelamatkan kompetisi bola basket tertinggi di Indonesia dengan merubah menjadi NBL Indonesia. Hasilnya roda kompetisi berputar lagi dan tak hanya itu animo penonton juga meningkat dan positif karena dengan harga tiket pertandingan yang terjangkau saat itu NBL memberi packaging yang sangat menarik, ini artinya Azrul sudah teruji di bidang organisasi olahraga. Tak hanya ketua umum dan sekjen, jajaran exco pun harus di rombak total ganti dengan orang orang yang memiliki rekam jejak bagus dan paham akan seluk beluk dalam organisasi olahraga dan 1 yang terpenting adalah jangan ada lagi rangkap jabatan apalagi rangkap jabatan sebagai jajaran pemilik klub, hal ini untuk menghindari dari prasangka buruk publik.

Meminpin serta mengurus PSSI bukanlah hal yang mudah didalamnya tidak hanya memutarkan organisasi, memutar kompetisi dan membentuk timnas namun didalamnya juga bagaimana mengemas liga yang pro, liga yang seusai dengan jadwal, didalamnya ada juga bagaimana memberi wejangan kepada seluruh klub agar berdiri secara profesional sehingga tak ada lagi kasus menunggak gaji, itu baru hal kecil belum lagi hal hal lainnya seperti pembenahan asepek sponsor, aspek legalitas, aspek infrastruktur, aspek pembinaan dan ujungnya adalah mencetak timnas yang tidak harus berprestasi tapi setidak nya tidak membuat malu di kompetisi internasional sehingga jika ketua dan jajarannya tidak paham apalagi sibuk dengan tugas lain maka PSSI akan seperti ini terus yang berganti hanya baju nya tapi pemiliknya tetap sama. Terakhir saya sekali lagi berpesan pada para voters PSSI untuk tidak menyia nyiakan jiwa kstaria Pak Edy yang telah mundur maka cara terbaik membalas nya adalah dengan menjadi voters yang waras, menjadi voters yang menggeleng saat di stir pihak tertentu. Supaya apa? Supaya PSSI dan jajarannya mendapat ketua yang lebih baik dari Pak Edy. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline