Lihat ke Halaman Asli

Realita dalam cinta

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semakin aku kecewa ketika aku harus memahamirealita, bahwa itulah kenyataan yang harus aku hadapi.

Kesedihan takkan bisa menghapus rasa kecewa, karena itu puncak dari gejolak jiwa yang selama ini terpendam. Biarlah ia menemukan kedamaian dalam kekecewaan.

Aku menepi dalam kesendirian mencari bagian diriku yang hilang, tergerus oleh ego ingin memiliki. Tapi Aku tetaplah Aku , biarlah ini menjadi cerita yang akan lekang oleh waktu, menjadi sebuah cerita dalam pengalaman hidupku.

Batas Asa ketika aku membayangkan kilasan itu nyata, membuat sebuah drama dalam episode kehidupan yang penuh deskripsi tentang cinta dan kecewa. Biarlah rasa ini kupendam saja.

Aku mengabaikan rasa yang menghantui setiap langkah kehidupanku, kesedihan dan duka nestapa bukanlah aku yang sebenarnya, dia hanya bias dari jiwaku sebagai manusia,biarkan ia menemukan jalannya sendiri untuk mengobati luka hatinya, tak perlu dilawan tapi tidak untuk dipelihara.

Aku cukup bahagia memilikimu walau hanya dalam anganku, dalam imajinasi kotorku dan bersemayam dalam bayangan jiwa yang terus kupelihara dan ku pupuk sehingga ia membesar dan sulit untuk dikalahkan, karena ia menagih keteraturan dalam perhatian dan kasih sayang bahkan melebihi dari logika normal cinta yang sesungguhnya.

Aku mencintaimu dengan sederhana, tak mau repot oleh semua teori tentang cinta, bagiku cinta adalah masalah hati , karena sesungguhnya “ Aku milikmu dan kaupun Milikku “, sesederhana itulah diriku.

Satria Mujahid, untukmu yang membutuhkan keteraturan cinta dalam hidup




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline