Lihat ke Halaman Asli

Satria Amir Makmun Gunawan

Mahasiswa PAI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Asistensi Mengajar! Wadah bagi Para Mahasiswa Mengembangkan Kualitas Diri

Diperbarui: 12 Desember 2023   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama Dewan Pembimbing Lapangan, Kepala Sekolah, Guru-Guru dan Rekan-Rekan Mahasiswa (dokpri)

Perkuliahan semester 6 menjadi pengalaman berharga saya. Pada saat memasuki perkuliahan semester 6, mahasiswa dituntut untuk mampu menguasai materi menjadi seorang guru yang ideal dan profesional dengan jangka waktu yang pendek. Karena, perkuliahan secara luring hanya berjalan selama satu bulan, yang selanjutnya mahasiswa bertugas untuk melaksanakan Asistensi Mengajar di sekolah masing-masing. Materi yang saya pelajari saat semester 6 pun bermacam-macam, baik itu materi tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, serta materi pengembangan media dan sumber belajar, yang dimana dapat membekali saya saat melaksanakan Asistensi Mengajar.

Menurut saya, materi pengembangan media dan sumber belajar menjadi materi penting dalam menjalani profesi sebagai guru. Karena, guru dituntut untuk menggunakan rujukan dan media yang tepat untuk mengajar siswa di kelas. Materi pengembangan media dan sumber belajar telah saya tempuh selama satu semester penuh, seiring dengan berjalannya kegiatan Asistensi Mengajar. Banyak materi baru yang saya ketahui tentang pengembangan sumber maupun media belajar. Mulai dari hakikat pengembangan, apa itu sumber dan media belajar, serta proses pelaksanaannya secara ideal.

Jujur, saat semester 6 saya merasa dituntut dan berusaha untuk mengelaborasikan materi-materi/mata kuliah yang saya pelajari untuk menjadi guru yang ideal dan professional. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi alasan bagi saya untuk tidak semangat menjalani perkuliahan, bahkan tuntutan tersebut menjadi motivasi dan stimulus saya untuk terus belajar.

Asistensi Mengajar menyadarkan saya, bahwa menjadi seorang guru tidak semudah yang saya bayangkan. Bahkan menurut saya, guru merupakan profesi yang sangat berat untuk dijalani. Di sisi lain, profesi guru merupakan pekerjaan yang paling mulia. Karena, guru merupakan sosok teladan yang mendidik sepanjang waktu, tidak hanya di sekolah saja.

Saya melaksanakan kegiatan Asistensi Mengajar di salah satu MI di Kota Blitar, yaitu MIN Kota Blitar. MIN Kota Blitar menjadi pengalaman pertama saya mengajar di sekolah formal, karena sebelumnya saya belum pernah mengajar dengan tuntutan RPP, sumber dan media belajar, dsb. dan kesempatan ini saya maksimalkan untuk bisa merasakan menjadi seorang guru yang ideal.

Selama kegiatan Asistensi Mengajar, saya berkesempatan mengajar dua kelas dengan mata pelajaran yang berbeda. Dimulai dari kelas 5A dengan mata pelajaran Fikih dan kelas 5C dengan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Asistensi Mengajar merupakan pengalaman berharga saya menjadi sosok seorang guru. Dimulai dari bagaimana bisa memahami permasalahan di lapangan secara langsung, baik administrasi sekolah, kondisi sekolah, serta memahami latar belakang dan kondisi setiap siswa. Disini saya belajar, bahwa mengajarkan siswa lebih sulit, daripada belajar sendiri, dan juga yang lebih penting bahwa menginternalisasikan nilai/ilmu jauh lebih sulit, daripada sekedar mengajarkan materi kepada siswa.

Seiring berjalannya waktu, saya sudah beberapa kali mengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas 5C. Setelah saya amati, pembelajaran yang saya laksanakan berjalan dengan lancar. Namun, terdapat beberapa siswa yang kurang semangat yang cenderung mengabaikan materi pelajaran. Karena, pembelajaran yang saya nilai berjalan dengan monoton dan tidak ada timbal baliknya dengan mereka. Pelajaran Sejarah juga menjadi materi yang harus diajarkan dengan media yang menarik supaya materi bisa tersampaikan dengan baik dan pembelajaran tidak monoton.

Adapun projek atau media yang saya terapkan, yaitu media online edpuzzle, dimana media ini menjadi sarana yang sangat membantu guru dalam menerapkan kegiatan timbal balik dengan semua siswa di kelas. Media ini mempunyai banyak fitur dan mudah untuk dipahami. Penggunaan media ini membutuhkan media smartphone atau laptop dan juga jaringan internet. Karena, media ini berbasis online yang bisa dijangkau dengan jaringan internet. Menurut saya, media ini cocok diterapkan dalam pembelajaran SKI agar memperoleh timbal balik dari siswa. Baik siswa bertanya, menjawab soal maupun berpendapat. Menurut saya, materi sejarah memerlukan kegiatan yang ekstra dalam mengajarkannya kepada siswa. Karena, mayoritas guru mengajarkan materi sejarah dengan metode ceramah saja yang cenderung membuat siswa cepat bosan. Maka dari itu, saya merasa bahwa media ini menjadi inovasi guru MIN Kota Blitar dalam mengelaborasikan pembelajaran dengan media timbal balik berbasis online. Karena, di MIN Kota Blitar hanya satu guru saja yg menerapkan media ini.

Media edpuzzle berhasil saya terapkan di kelas 5C pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan mendapat feedback baik dari para siswa. Meskipun, terdapat beberapa siswa yang masih kesulitan dalam menggunakan media ini. Hasilnya, siswa lebih leluasa untuk berpendapat dan mengekspresikan diri saat menggunakan media ini. Menurut saya, penerapannya sudah tertata dengan baik. Baik saat memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat, menjawab soal dan mengekspresikan dirinya setelah menggunakan media ini. Di akhir sesi pembelajaran, saya meminta siswa untuk mengekspresikan dirinya melalui media edpuzzle ini tentang "Apa yang Anda rasakan setelah menggunakan media edpuzzle ini?". Setelah saya amati, terdapat banyak feedback yang bervariasi dan feedback tersebut menjadi bahan evaluasi saya dalam penerapan media ini.

Penerapan Media Edpuzzle di Kelas 5C (dokpri)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline