Sedikit Peduli, Apa Susahnya?
"Ini sebagai pengingat bagi kita bila mempunyai teman yang terkena kanker jenis apapun, agar bisa memberikan semangat agar terus berobat secara medis sesuai instruksi dokter. Herbal atau apapun itu hanya pelengkap yang biasanya memberi kekuatan sugesti saja. Untuk tidak memberi harapan palsu kesembuhan herbal untuk teman yang putus asa kecuali dengan doa. Karena sesungguhnya kematian begitu dekat untuk disepelekan. Dan apakah saat itu terjadi kita ikut bertanggung jawab?"
-----------
Sebuah fragmen kecil membuat saya bersedih semalam. Ketika menunggu antrian dokter untuk berkonsultasi rutin atas kanker darah ini.
Sadarkan kita pada suatu titik di saat kita merasa optimis tapi berbanding terbalik dengan tindakan kita yang putus asa? Dan kita tak menyadarinya karena prinsip kita ada di titik yang salah.
Bukannya stadium, leukemia tipe CML atau LGK mempunyai 3 fase. Fase kronis, fase akselerasi (percepatan) dan fase krisis blast. Sedikit beruntung bila kita terdeteksi lebih dini karena kewaspadaan kita yang baik. Bila tanpa pengobatan di saat yang tepat, bisa jadi tiket ke "dunia lain" akan didapatkan lebih cepat.
Saya mungkin beruntung saat divonis di fase akselerasi alih-alih krisis blast. Dengan sel blast (sel muda tapi sel jahat) terdeteksi 6,5%. Saya akhirnya bisa tidak merasa over pesimis atas teman-teman yang terdeteksi lebih awal di fase kronis. Memang butuh waktu, tapi setelah 18 bulan berlalu, sel blast normal 0% dan hasil BCR-ABL kuantitatif 0,016%. Dokter mengatakan "well done pak!, ini tak terjadi bila bapak tidak minum obat secara disiplin, rutin dan teratur".
Lalu timbul pertanyaan. Apakah hasil baik ini terjadi karena kebaikan Tuhan? Iya! Dan apakah ini terjadi karena usaha maksimal saya untuk berobat? Iya!
Dan ini kisah lainnya, sebut saya Mr. X, seorang yang dipenuhi rasa bersyukur dan kecintaannya yang sangat kuat dengan Tuhan dan produk-produk ciptaannya (Mr X menyebutnya herbal).
8 bulan lalu beliau terdiagnosa Leukemia CML fase kronis dengan sel blast 0%. Bulan kemarin, sel blast-nya 90%. Dan semalam menunjukkan hasil laboratorium di WAG dengan jumlah lekosit 79ribu (normal 5rb-10rb) dan jumlah sel blast 79%, trombosit 8rb (normal 150rb-400rb). Padahal saat ini dokter memberinya dosis 600mg glivec dan 1 hydrea. Tidak hanya Tuhan, sepertinya kami juga tahu apa yang kemungkinan telah terjadi.
Saya mungkin menjadi satu dari beberapa teman yang gemetar melihat kondisi itu. Apa yang salah? Sementara beliau mengaku bandel kontrol gak rutin dan bolong-bolong minum obat (2 bulan) tapi mengaku rutin minum herbal rebusan (rebusan sereh, rebusan angkak, dan kelapa hijau bakar). Karena dia menyatakan diri tidak begitu percaya dengan hasil lab, beliau percaya bahwa ciptaaan Tuhan tidak ada yang tidak berguna.