Ada kekasih Tuhan, duduk sebalik meja
Kertas dan pulpen tak lepas dari genggamnya
Sembari demikian dia mengulurkan tangan
Berharap kaum papa tak merasa apa-apa
Meski ia tak mampu memberi waktu
Ada kekasih Tuhan, sedang asyik di jalan
ia bukan seorang berpunya dalam banyak arti
yang kulihat harta berharganya adalah waktu
namun ia memberikan itu bagi sesama
ia juga bernama kekasih Tuhan
Ada kekasih Tuhan, sedang datang di sudut jalan
ia tidak membawa apa-apa, waktunya juga terbatas
namun ia hadir walau selekas berlalu
kadang yang sepintas memang berbekas
karena perjumpaan tentang kualitas bukan intensitas
Ada kekasih Tuhan, sedang membaca puisi
Lalu ia berpikir apa yang dapat dibuat
Maka kini ia selangkah lebih maju
Sebab banyak sudah yang mengasihi Tuhan
Tapi tak lekas menjadi kekasih Tuhan
Bilamana Tuhan sedang hantar sesamanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H