Lihat ke Halaman Asli

Satria Dezember

Pegiat syair kehidupan dalam persepsi filsuf

Silogisme Cinta

Diperbarui: 4 Maret 2022   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Teori berikutnya dari rangkaian teologi cinta adalah Silogisme Cinta, saya bahas secara ringkas pada tulisan kali ini. Silogisme adalah pernarikan kesimpulan dari mayor (umum) kepada minor (khusus).

Silogisme merupakan kesimpulan tidak langsung dari nalar logis kita mengamati dua atau lebih permasalahan maupun fenomena yang ada.

Silogisme menghasilkan kesimpulan yang kemudian dijadikan dasar mengambil keputusan. Termasuk dalam hal ini tentang cinta, kasih, dan sayang. Mari kita perjelas.

Silogisme cinta adalah proses nalar berpikir seseorang dalam menghadapi cinta, kasih maupun prinsipnya dalam menyayangi dengan mempertimbangkan berbagai kejadian dan fenomena yang terjadi dan dialami selama proses mencintai maupun mengasihi.

Berbagai bentuk peristiwa mulai dari pemakluman, pemahaman, permintaan, bahkan pemaafan terhadap suatu kesalahan merupakan bagian dari fenomena mengasihi mencintai.

Setelah melewati berbagai peristiwa dan kejadian di dalam proses berkasih sayang maka seseorang akan memiliki sebuah album catatan mengenai cara berpikir, gaya hidup, dan respon seorang yang dikasihinya, mulai dari hal ini maka timbul suatu penarikan kesimpulan sederhana yang lazim kita sebut penilaian.

 Silogisme cinta memiliki rumusan berikut: Pertama, nikmati dan jalani proses mencintai dengan bersyukur, mungkin kita dikejutkan dengan cara pandang pasangan kita mengenai suatu masalah atau bagaimana keputusannya mampu membuat kita turut risau, namun kembali lagi itulah prinsipil yang harus anda hargai dari diri pasangan anda, namun jika seolah itu menjadi jalan buntu, maka yang terbaik adalah mengingat kesepakatan bersama.

Kedua, jalani proses mencintai dengan menjadi dirimu apa adanya. Ingat jangan pernah tampilkan kepalsuan, kuncinya adalah ini:

"jika anda ingin dicintai dengan sejati, jangan tunjukkan dirimu yang palsu."

Keutamaan ini harus dilakukan karena jika kita menunjukkan kepura-puraan, kepalsuan, maka sesungguhnya semua itu hanyalah citra bias kita yang membuat pasangan kita tidak mengenal diri kita yang sesungguhnya, akibatnya bila mana kita tidak menjadi "sosok palsu" itu maka ia tidak dapat lagi menerima kita, sebetulnya dalam kepura-puraan itu, yang kita tipu adalah diri kita sendiri lebih dari kita menipu orang lain.

Ketiga, berilah penilaian dengan objektif. Setelah anda memiliki bekal yang cukup untuk memberi penilaian terhadap pasangan atau seseorang yang anda kasihi, maka nilailah dari sudut pandang seluas mungkin, dari bagaimana, oleh karena apa, dan semua kaitannya dengan cara berpikir, juga bahkan masa lalu atau trauma yang pernah dialami, bandingkan keadaan umum yang seharusnya dengan kejadian khusus yang mungkin saja menjadi faktor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline