Ramai sekarang ini sedang dibicarakan mengenai Priyo Budi Santoso (PBS) dan Jusuf Kalla (JK) yang elektabilitasnya melebihi ARB seperti yang telah dirilis oleh usat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (Puskaphdem Unnes).
Saya penasaran dengan Puskapdhem ini, setelah saya mencari-cari akhirnya saya mendapatkan link http://unnes.ac.id/berita/sosok-ibu-juga-harus-paham-empat-pilar-kehidupan-berbangsa/ yang menyebutkan empatnama pada saat peresmian Puskapdhem (pada bagian bawah artikel) yaitu Dr Yassona Hamonangan Laoly SH MSc, Prof Dr Arief Hidayat SH MS, Prof Dr Fathur Rokhman MHum, dan Ketua LP2M Drs Bambang Budi Raharjo MSi.
Dr Yassona Hamonangan Laoly SH MSc
Beliau adalah ia seorang Kader PDI-P dan pernah menjadi Anggota DPR RI 2004-2009 PDI-P dari Dapil Sumatra Utara 1.
Sumber: http://politik.news.viva.co.id/news/read/3207-dr__yasonnah_h__laoly__sh___m_sc_
Prof Dr Arief Hidayat SH MS
Beliau merupakan Hakim yang menggantikan Mahfud MD sebagai ketua MK dan sekarang sedang menangani kasus-kasus Partai Golkar.
Prof Dr Fathur Rokhman MHum
Beliau adalah Rektor Unnes yang dilantik pada tahun 2013 lalu
Sumber: http://st295408.sitekno.com/page/17388/profil.html
Drs Bambang Budi Raharjo Msi
Beliau adalah Ketua Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi UNNES
Sumber: http://unnes.ac.id/berita/jadilah-pemimpin-layaknya-ikan-busuk/
Dari nama-nama diatas saya awalnya tidak merasa heran, namun setelah saya membaca secara lebih mendetil lagi ternyata ada Kader PDI-P yaituDr Yassona Hamonangan Laoli SH MSc, saya jadi berpikir apakah ini hanya hasil survei jadi-jadian yang ditunggangi oleh partai, atau memang survei valid yang dapat dipercaya.
Jumlah responden dari survei tersebut pun saya katakan kecil, hanya 1.090 responden, sedangkan jumlah DPT yang terdapat pada KPU berjumlah 186.612.255 (http://www.kpu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5380) yang berarti koresponden yang berpartisipasi pada survei tersebut hanya sekitar 0,00058%. Setahu saya, jumlah responden dalam survei seharusnya minimal 5% dari jumlah populasi yang ada. Angka 0,00058% sangat jauh dari 5%, oleh sebab itu, hal tersebut tidak dapat menjadi acuan untuk hasil Pemilu nanti.
Namun, kenapa hasil survei tersebut sangat digembar-gemborkan oleh media? Saya semakin curiga apabila survei ini telah ditunggangi oleh partai politik yang ingin memecah belah Golkar. Mungkin mereka takut terhadap Partai Golkar karena mereka merasa Golkar adalah lawan yang tangguh pada saat Pemilu nanti.
Setelah munculnya pemberitaan mengenai survei tersebut, saya mendapatkan berita mengenai Partai Golkar yang fokus pada Pileg ketimbang harus menanggapi hasil survei tersebut. Langkah yang tepat menurut saya untuk memfokuskan diri sebagai pemenang di Pileg nanti. Memang untuk mencapai keberhasilan, kita harus fokus akan goal yang akan kita raih, jangan mau dipecahbelah oleh faktor eksternal.
Apa ini hanya sekedar akal-akalan PDI-P untuk menjegal Golkar agar kalah di Pileg nanti agar ARB gagal menjadi Capres dari Golkar, karena apabila ARB mencalonkan diri sebagai Capres maka PDI-P akan mempunyai dua lawan kuat pada saat Pilpres nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H