Lihat ke Halaman Asli

Satria Adi Nugraha

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UPI 2019

Keluarga Multikultural di Era Modern

Diperbarui: 14 Februari 2022   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sosiologi Keluarga : Keluarga Multikultural di Era Modern

Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Effendy keluarga adalah unit yang paling kecil di masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di bawah suatu atap dalam keadaan yang saling ketergantungan. Menurut UU. No. 10 Tahun 1992 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Menurut Ki Hajar Dewantara Keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya (Marsono, 2018).

Masyarakat multikultural menurut J. S Furnival adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terfragmentasi dan memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain (Belshaw & Furnivall, 1956). Nasikun mendefinisikan masyarakat multicultural ialah sebuah masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih dari tatanan sosial, masyarakat, atau kelompok yang secara kultural, ekonomi, dan politik dipisahkan (diisolasi), dan memiliki struktur kelembagaan dan berbeda satu sama lain (Hanik, 2016).

Maka dapat disimpulkan bahwa keluarga multikultural ialah unit masyarakat yang paling kecil terdiri dari suami dan istri yang memiliki perbedaan kultural, ekonomi, politik, serta agama.

Dalam era modern ini tentu  banyak sekali keluarga yang memiliki perbedaan dalam keturunannya. Banyak pula fenomena yang dimana suami dan istri memiliki perbedaan suku, budaya, dan agama. Tentu dengan adanya keluarga yang multicultural akan berpengaruh terhadap pola didik kepada anak. Anak yang di didik oleh keluarga yang multicultural akan berbeda dengan anak yang di didik dengan keluarga yang tidak multicultural. Perbedaan antara keluarga multicultural dan tidak multikultral ialah dimana biasanya keluarga multicultural lebih terbuka dan lebih menghargai perbedaan akan tetapi hal ini juga harus terbentuknya keluarga yang harmonis agar rasa memiliki tetap ada, sementara keluarga yang tidak multikultural biasanya lebih tertutup dengan perbedaan disekitarnya akan tetapi hal ini bisa dipecahkan dengan adanya pemahaman mengenai perbedaan dalam keluarga tersebut.

Untuk menciptakan didikan yang baik dalam keluarga multicultural tentu diperlukannya self-knowledge yang dimana individu dapat memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan keyakinan dan bukan karena faktor emosi atau feeling semata (Loureno & Silva, 2020). Lebih lanjut dikatakan bahwa pemahaman tentang prinsip-prinsip multikultural itu hanya dapat dicapai melalui self-knowledge orang dewasa. Jika self-knowledge individu itu baik, maka dia juga akan menghargai orang lain yang berbeda dengannya. Jadi ada hubungan yang erat antara self-knowledge dengan other-knowledge. Dengan kata lain, jika Anda mau mengerti kebudayaan orang, maka Anda harus mengerti kebudayaan Anda sendiri.

Kun Maryati dalam Sosiologi menjelaskan manfaat masyarakat multikultural adalah sebagai berikut. Melalui hubungan yang harmonis antar masyarakat dapat digali kearifan budaya yang dimiliki oleh setiap budaya. Munculnya rasa penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap toleransi yang merupakan syarat utama dari masyarakat multikultural. Merupakan benteng pertahanan terhadap ancaman yang timbul dari budaya kapital yang cenderung melumpuhkan budaya yang beragam. Multikulturalisme merupakan alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera. Dengan multikulturalisme, bangsa-bangsa dapat saling menghargai dan membantu untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Multikulturalisme mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak dimonopoli oleh satu orang atau kelompok saja, tetapi kebenaran itu ada dimana-mana, tergantung dari sudut pandang setiap orang. Masyarakat multikultural menganggap bahwa dengan saling mengenal dan menghargai budaya lain sehingga tercipta masyarakat yang aman dan sejahtera (Maryati et al., 2019).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline