Lihat ke Halaman Asli

Satria Adhika Nur Ilham

TERVERIFIKASI

Freelancer

Review "Evil Does Not Exist", Benturan antara Modernisasi dan Lingkungan Alam

Diperbarui: 30 Juli 2024   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hitoshi Okima berperan sebagai Takumi dalam film Evil Does Not Exist | RottenTomatoes/Janus Films

"Semua manusia adalah pendatang"

Kalimat di atas merupakan salah satu kutipan dari film berjudul "Evil Does Not Exist" karya Ryusuke Hamaguchi yang pernah menyutradari dan menulis "Drive My Car". Sebuah kalimat yang merangkum keseluruhan filmnya, sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan.


Evil Does Not Exist bercerita tentang Takumi (Hitoshi Okima) yang mengisi hari-harinya dengan melakukan berbagai macam pekerjaan untuk membantu warga, dari memotong kayu, mengambil air, serta ikut dalam rapat. Ia hidup bersama anaknya, Hana (Ryo Nishikawa) di desa yang memiliki keindahan alam yang luar biasa, membuat siapapun yang berkunjung akan terkagum-kagum dengan pesona alamnya.

Keindahan desa tersebut menjadi alasan perusahaan dari Tokyo datang dengan rencana membuat glamping (glamorous camping) di tengah desa. Tetapi, rencana tersebut memiliki dampak buruk yang merugikan warga. Takumi dipercaya sebagai penghubung, agar tak terjadi konflik antara kedua belah pihak.

Tayang di KlikFilm, Evil Does Not Exist memiliki durasi 1 jam 46 menit. Apa yang membuat film ini menarik untuk ditonton? Ini ulasannya:

Paruh Awal yang Terasa Lambat

Takumi (Hitoshi Okima) sedang mengambil air dalam film Evil Does Not Exist. | Neopa Inc, KlikFilm/IMDb

Evil Does Not Exist dibuka dengan alur yang slow paced, memperlihatkan pemandangan pepohonan, diiringi instrumen lembut karya Eiko Ishibasi yang menenangkan hati. Penonton dibawa melintasi hutan, melihat kondisi alam, sehingga membuat saya sebagai penonton merasa damai.

Penonton dimanjakan dengan sinematografi yang cantik, shot kamera yang menyorot suasana pedesaan, hutan, juga perkotaan, turut membuat penonton merasa dekat dan hangat sepanjang film berjalan.

Hanya saja, bagi kamu yang tidak terbiasa dengan film dengan alur yang lambat, ada kemungkinan sebagian penonton akan merasa bosan dan mengantuk, mengingat betapa damainya nuansa yang dihadirkan di paruh awal, tanpa adanya konflik yang membuat penonton penasaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline