Tatkala mendengar tentang film horor Indonesia, apa yang muncul di benak Anda? Pasti yang langsung terbayang adalah pocong dan kawan-kawannya, jumpscare, atau horor yang membawa unsur agama. Padahal, industri perfilman kita sudah lebih jauh mengeksplorasi genre horor ke arah yang lebih kreatif dalam bercerita.
Ya, "Malam Pencabut Nyawa" adalah salah satunya. Film yang disutradarai oleh Sidharta Tata ini merupakan adaptasi dari sebuah novel berjudul "Respati" karya Ragiel JP.
Film produksi Base Entertaiment dan Legacy Pictures ini memberikan angin segar pada perfilman horor lokal dengan menggabungkan unsur heroik dan supernatural dalam ceritanya.
Ketika tidur, ia seringkali bermimpi aneh dan melihat banyak orang asing yang mengalami nasib nahas. Salah satunya adalah mimpi tentang pembunuhan brutal yang dilakukan oleh seorang wanita misterius.
Suatu ketika, Respati tak sengaja menyentuh kepala penumpang bus yang sedang tertidur. Tanpa disangka, ia mampu masuk ke dalam mimpi penumpang tersebut. Ia melihat anak yang sedang sakit dan penumpang yang sedang menangis. Esoknya, tanpa diduga, Respati mendengar kabar bahwa penumpang tersebut meninggal dalam kondisi mengenaskan.
Hari hari selanjutnya ternyata menyimpan kejutan, apa yang ia temui di alam mimpi ternyata berdampak besar pada dunia nyata. Kematian-kematian yang terjadi adalah kematian yang ia saksikan dalam alam mimpi.
Wulan (Keisya Levronka), seorang murid pindahan yang memahami hal mistis, turut membantu Respati untuk menjelajahi alam mimpi sebagai cara untuk menolong warga desa yang terkena teror perempuan misterius.
Akankah Respati berhasil mengalahkan wanita misterius tersebut di alam mimpi? Akankah warga desa berhasil diselamatkan?
"Malam Pencabut Nyawa" disutradarai oleh Sidharta Tata dan naskahnya ditulis Sidharta bersama Ambaridzki Ramdhantyo.