Lihat ke Halaman Asli

Satria Adhika Nur Ilham

TERVERIFIKASI

Freelancer

Surat untuk Sanak Saudara, Hari Ini Nenek Telah Pulang ke Kampung Halaman yang Sesungguhnya

Diperbarui: 9 Mei 2021   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk sanak saudara nan jauh disana

Apa kabar? Sudah lama kita tak berjumpa. Sudah lama kita tak mengobrol secara langsung sembari membahas hal-hal yang lucu hingga yang menyedihkan. Sudah lama kita tak bermain Bersama, menyusuri sawah dan ladang yang indah.

Pandemi sudah berjalan dua tahun, berarti sudah dua tahun kita tak saling berjabat tangan. Mungkin masih bertatap muka, hanya via video call di layer handphone. Kita mungkin masih sering berbincang, namun hanya suara yang terdengar. Suasana hangat yang selalu ada di obrolan kita pun mulai terasa berbeda.

Semenjak nenek pindah kesini, kau mungkin merasa sendiri. Kesepian dan membutuhkan kasih sayang dari orang sekeliling, tapi yang kau dapat hanya rasa sepi. Semenjak nenek sakit, kau mungkin merasa tak ada yang peduli. Hingga kau ingin melakukan hal-hal yang terlihat keren, padahal merusak. Tak semua yang terlihat keren itu baik, saudaraku.

Aku paham, kau hanya butuh sebuah perhatian. Kau butuh teman cerita di kala sedih, butuh teman yang bisa kau ajak pergi jauh Bersama. Sementara, keluarga harus tinggal disini, dan kau sendiri disana. Untuk kau, kuatkan hatimu, ketahuilah walau keluargamu jauh, mereka tetap selalu memikirkanmu dan menyayangimu. Mereka selalu mengusahakan yang terbaik untukmu, walau dari jauh.

Hari ini, aku terpaksa mengabarkan kabar duka ini. Ya, nenek pulang. Bukan pulang mudik lebaran, bukan. Melainkan pulang ke kampung halaman yang sesungguhnya, yakni akhirat. Ibu yang kau selalu bercerita kepadanya, ibu yang selalu memberimu uang jajan. Ibu yang bekerja keras untuk membahagiakanmu dan anak-anaknya.

Ya, aku dan saudaraku memang berbeda. Saudaraku punya ibu yang sering kupanggil nenek. Kenapa? Karena dia adalah ibu dari ibuku. Agak sulit menjelaskannya secara detail. Intinya karena umur kami tidak terlalu jauh, maka aku hanya memanggilnya layaknya saudara seumuran. Tak memanggilnya om ataupun paman.

Saudaraku, Ketahuilah, ibu yang sering memarahimu kini telah pulang. Nenek sering memarahimu bukan karena ia membencimu, melainkan karena ia sungguh sayang. Hanya saja, cara menyampaikan kasih sayang baginya berbeda.

Hari ini, malam ini, kami sekeluarga terpaksa untuk mudik ke kampung halaman. Kami akan menguburkan nenek di daerah asalnya, Subang. Rindu yang selama ini kau pendam mungkin akan menyeruak kau keluarkan, walau kini ibumu telah tiada.

Malam ini, kami terpaksa untuk kembali ke kampung halaman. Walau situasi masih pandemi, situasi ini lebih mendesak. Kami akan membuat izin untuk ke luar kota, semoga saja pak polisi yang berjaga bisa mengerti kondisi keluarga kami nantinya. Kami bukan mau jalan-jalan, bukan mau wisata ke kampung halaman, kami hanya ingin menguburkan nenek ke tempat asalnya. Sekaligus menghibur sanak saudara di kampung dan keluarga yang sedang dilanda kesedihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline