Di atas kursi penuh tumpukan buku
Dering telepon nyaring berbunyi
Sedang apa sayangku?
Kujawab singkat sambil tersipu
Di bawah pohon ku bersandar
Ingin menikmati udara segar
Teleponku bergetar
Kubuka pesan, Sedang apa sayangku?
Di ruangan penuh suara
Perdebatan disini sana
Teleponku berdering lagi
Kubuka, Sedang apa sayangku?
Hatiku berbunga
Sekaligus berduri
Jika terus begini
Bunga-bunga yang kukumpulkan menumpuk di taman untuk apa?
Aku kembali ke rumah
Bertemu dengan dia yang kucinta
Pelan dia berkata
Kenapa kamu tidak pernah ngabarin aku?
Ku dekatkan mukaku
Berbisik, Aku punya hadiah
Senyuman seindah pelangi
Tampak di wajah pujaan hati
Ku ajak dia ke taman
Mendadak diam
Membisu, tidak lagi menggebu
Lirih dia berkata, Kenapa bunganya tidak ada?
Ku tersenyum
Sembari memegang tangannya
Pelan ku berkata
Sayang, jika bunganya terlalu sering diambil, maka akan hilang. Jika bunganya terlalu sering disiram, maka akan layu. Jika bunganya didiamkan saja, akan mengering dan gugur tak bermakna
Pujaan hati menatapku
Muka seribu tanya terlihat di wajahnya
Kujawab penuh cinta
Begitu juga dengan cinta. Jika terlalu sering mengabari, maka hilanglah rasa rindu. Jika terlalu sering didiamkan, maka akan tak berasa apa-apa. Jika terlalu sering disayang, maka kebosanan akan datang
Lalu, aku harus bagaimana? Aku bertanya karena aku khawatir kepadamu, tanyanya
Secukupnya. Jika bunga disiram secukupnya, maka dia akan tumbuh menjadi bunga yang sangat indah. Begitupula dengan cinta, jika kita memberi kasih sayang dan perhatian dengan secukupnya, maka cinta akan tumbuh semakin dalam dan semakin kuat
Ku merangkai aksara menjadi sebuah kalimat yang bermakna
Biarlah doa-doa yang menumpuk di langit nan jauh yang melindungiku. Biarlah rasa rindu menumpuk di hatiku. Agar jika kita bertemu, rasa rindu bisa berubah menjadi rasa cinta yang amat dalam. Kita akan semakin mencintai, dan saling percaya. Percayalah kataku, cintailah aku dengan secukupnya, agar aku bisa mencintaimu dengan sebaik-baiknya