"Janc*k, Gobl*k, As*u.."
Makian bertebaran di suasana nonton bareng kami, di perhelatan penyisishan Sea Games, Jumat (6/4). Jujur, rasaku sebagai fans juga sama, kecewa, atas realita hasil akhir yang memenangkan Vietnam dengan angka telak 3-0 atas Indonesia.
Padahal aku dan banyak orang di sekelilingku menonton dari awal pertandingan, sangat bersemangat dan yakin jika Timnas bisa menang dengan skor tipis-tipis.
Hal itu dibuktikan dari tingkah laku, orang-orang disekitarku yang sibuk mengusap layar Smartphone memanen berita persiapan Timnas yang begitu meyakinkan oleh banyak media.
Layaknya terhanyut opini media, aku sempat melihat orang-orang sekitarku juga sibuk menempelkan komentar di bawah artikel berita maya tadi, yang dibawahnya sudah riuh dengan komentar optimisme kemenangan Indonesia atas Vietnam.
"Garuda kamu pasati bisa menang," komentarnya yang dibubuhi ikon like sendiri.
Pada awal pertandingan, memang optimisme kemenangan terlihat jelas wajah-wajah yanga terselip dalam kerumunan penonton, sama seperti wajah-wajah pemain Timnas juga awalnya bersemangat menyayikan lagu kebangsaan Indonesia raya.
Lantas, mengapa di babak pertama, semua penonton makin lama, tertegun menyaksikan kepasifan pemain Timnas, yang jarang menyerang dengan skema terbaiknya. Aku pun sama, lemas.
"Lha ini di korea ngapain saja, sih. Kok mainnya loyo," riuh sesorang yang mulai terbakar emosi ketika pemain Vietnam kerap berhasil mengoyak lini pertahanan Timnas. Terutama sisi kanan yang dijaga oleh Rio.
Memang jelas sih, ketiadaan full back, macam Asnawi dan Elkan ataupun Pratama arhan nyata menjadi celah kekalahanTimnas.