Lihat ke Halaman Asli

Alfian Arbi

Aquaqulture Engineer

Yakin Masih Mau Habiskan THR-mu? Ingat Dua Hal ini!

Diperbarui: 4 Mei 2022   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi THR | Shutterstock via Kompas.com

Duh rasanya Lebaran Idul Fitri 1443 H menjadi momen terindah ya? Bayangkan saja, momen Ramadhan lalu jatuh di awal bulan, dimana selalu indentik dengan momen gajian, yang mudah menyuntik keriangan, memenuhi segala kebutuhan untuk memasok menu-menu lezat berbuka puasa. 

Dan Lebaran jua jatuh di awal bulan, yang jua pasti mampu memanja semua rencana-rencana belanja yang terbungkus atas kebutuhan perayaan Lebaran yang 'harus' dipenuhi?

Nah, jika meilhat momen 'kebetulan' pada waktu Ramadhan tadi, serta siklus gajian bisalah kita anggap sebuah keberuntungan bagi seorang pekerja? Atau juga jangan-janagan malah menjadi sebuah petaka bagi mereka yang tidak mampu berhati-hati mengelolanya. Kira-kira kita condong yang mana ya?

Mengingat suntikan THR yang cair mendekati Lebaran saja sepertinya akan mampu membakar hasrat untuk menghabiskannya saja, memenuhi keinginan apa saja. Alasannya sederhana, momen gajian yang juga akan diterima di awal bulan beberapa hari setelah lebaran usai, pastilah akan menjadi sebuah andalan menutup defisitnya.

Momen ini, bisa menjadi godaan 'syaitan' yang teramat berat untuk kesehatan keuangan kita kemudian, bukan? Terlebih lagi, Lebaran kali ini, kita bebas, boleh ke mana-mana tanpa pembatasan, dan itu mudah dengan dana berlimpah di genggaman.

Memang pemakluman atas hasrat tadi akan kental sekali terasa, tatkala hadir sebuah tradisi menghamburkan dana untuk membeli pakaian baru, aneka suguhan tamu hingga renovasi rumah yang terkadang semuanya itu terkesan "dipaksakan'. Terlebih bagi kita yang nota bene memiliki pendapatan sebesar UMR.

Oleh sebab itu, memang perlu sebuah langkah baru menimang semua kebutuhan dan keinginan dalam perayaan Lebaran yang --mungkin---sudah kita sadari berlebih-lebihan tadi bukan? Tapi sialnya terus berulang dilakukan!

Karena, di luaran sana, masih banyak saja orang yang mampu merayakan lebaran tanpa suasana 'wah' meski bisa saja kita sanggah, mungkin keuangan mereka juga terbatas. 

Namun tentu saja, pelajaran berharganya yakni terdapatnya esensi berlebaran yang jua berhasil mereka --orang yang tidak mampu-- dapatkan, tanpa hamburan pengeluaran yang 'wah' tadi.

Nah, atas hal itu semua, pekerjaan rumahnya adalah bagaimana pengelolaan keuangan menghadapi lebaran bisa menjadi sebuah tantangan yang memiliki esensi sama atas perlawanan kita terhadap hawa dan nafsu kala berpuasa. Ini akan menjadi sebuah tantangan yang luar biasa untuk dikerjakan dan menjadikan lebaran kita lebih beresensi lagi, bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline