Tidak ada mata yang menuju sana,
tidak ada telinga yang peka padanya,
tidak ada tangan yang bisa memotongnya, "jangan berlebihan" ujar sang kakek pada umbi yang sedang merambat.
Sehingga kita bertemu,
sejujurnya aku masih ragu pada "ibu", kenapa masih saja menangisi nasib seorangku?
Benar saja kata kakek itu, "jangan berlebihan".
Kita jangan bertemu dulu,
aku ragu pada tangan itu, jangan sampai mengusap kepalaku, "jangan sampai bertemu mata yang berlinang rindu".
Aku selalu mengaku, "Aku berlindung dari tulisan yang terlalu jujur"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H