Lihat ke Halaman Asli

Satria Widiatiaga

TERVERIFIKASI

Guru Sekolah Alam

Antara Agenda Wokeism LGBT dan Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Diperbarui: 4 Agustus 2024   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembukaan Olimpiade Paris 2024 yang penuh pesan agenda Wokeism LGBT (sumber : Dimensi Aktual )

Kontroversi pelaksanaan pembukaan Olimpiade Paris 2024 yang menampilkan parodi "Last Supper" oleh para Drag Queen, seolah seperti proklamasi secara terang-terangan pada seluruh dunia tentang kampanye "Woke Agenda" kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender).

Apa itu Woke Agenda ? istilah ini sempat dipopulerkan beberapa waktu lalu oleh mantan VJ MTV Daniel Mananta dalam sebuah podcast yang menceritakan ada sekolah internasional di Indonesia yang memuat beberapa agenda Woke Agenda berkaitan LGBT.

Dikutip dari abc news, Istilah "woke" awal mula diciptakan oleh warga Amerika kulit hitam yang digunakan sebagai gerakan frontal melawan supremasi kulit putih dalam mencari keadilan dari awal hingga pertengahan abad ke-20. Kata "Woke" yang bermakna bangkit atau kebangkitan, digunakan penduduk kulit hitam untuk berani bangkit memperjuangkan hak-haknya.

Istilah ini mulai menyeruak kembali saat adanya gerakan Black Lives Matter pada tahun 2014. Tujuan dari gerakan "woke" adalah sebagai upaya mengedukasi masyarakat tentang ketidaksetaraan yang ada dalam masyarakat dan menjunjung perubahan positif secara konkrit dan nyata, hingga akhirnya gerakan ini juga disebut "wokeism"

Perbedaan gerakan "woke" dengan bentuk perjuangan lainnya, adalah dimana pergerakannya berupaya lebih massif bahkan menyerang kepada pihak yang mendiksriminasi mereka. Jadi agak berbeda dengan gerakannya Muhammad Hatta sewaktu belajar di Belanda yang menentang pemerintahan Hindia Belanda.

Contoh jelas di era 70an, seperti pernyataan-pernyataan Muhammad Ali yang vulgar menyerang kaum kulit putih dengan kritik dogma-dogma sosial pada saat itu memang membuat publik terhenyak, bisa dikatakan bentuk dari  "Woke Agenda".

Seiring berjalannya waktu, istilah Wokeism mulai dipakai oleh kaum marjinal lainnya yang merasa terdiskriminasi oleh sistem sosial yang ada di seluruh dunia, seperti kaum imigran, kaum buruh dan lainnya.

Belakangan santer "Woke Agenda" juga digunakan oleh kaum LGBT sebagai senjata mereka untuk menunjukkan eksistensi mereka.

Jika sudah demikian, makna awal "Woke Agenda" yang sebenarnya hal yang positif dalam memperjuangkan kesetaraan hak setiap manusia, menjadi bergeser untuk membela sesuatu yang menyimpang dalam kesadaran moral umum manusia.

Pada norma umum sosial manusia, perilaku LGBT adalah sesuatu yang tidak seharusnya disebarkan luaskan, perkara pilihan hidup menjadi seorang LGBT memang itu haknya masing-masing, tetapi tidak boleh untuk diakui secara komunitas bahkan secara legalitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline