Bagi warga Solo dan sekitarnya ketika Tahun Ajaran Baru tiba, pasti tak asing dengan suatu tempat yang namanya "Bu-Sri".
Nama tersebut bukan brand warung soto, bukan warung bakso atau bahkan kerabatnya Pak Jokowi. Nama "Bu-Sri" merupakan dari singkatan "Mburi Sriwedari", atau jika diartikan terletak di belakang taman hiburan rakyat Sriwedari, Surakarta.
Bu-Sri adalah sekumpulan lapak atau kios penjual buku-buku loak, bekas, duplikat hingga baru, pokoknya surganya mencari berbagai macam buku di Solo. Waktu jaman dulu, bisa ada puluhan lapak kios berjajar, namun sekarang tampak hanya belasan saja, dan terus berkurang jumlahnya setiap waktu.
Dikarenakan letaknya berada di belakang (Mburi dalam bahasa Jawa) sepanjang pagar luar selatan dari Taman Hiburan Sriwedari, makanya dinamakan kios "mburi Sriwedari" atau disingkat "Mburi Sriwedari".
Namanya yang unik dan ikonik, membuatnya sangat lekat bagi para pemburu buku di kota Solo.
Sekadar informasi, Taman Hiburan Rakyat Sriwedari adalah kompleks taman yang didirikan pada tahun 1887 oleh raja terbesar Kasunanan Surakarta, Pakubowono X. Persis terletak di jantung kota Solo atau Surakarta. Di dalam Taman Sriwedari, terdapat Gedung Kesenian Wayang Orang, telaga, taman satwa, permainan anak, kios kesenian dan lainnya.
Baiklah, kembali ke topik "Bu-Sri", sebagaimana judul artikel ini, di mana jika tahun ajaran baru telah tiba, para orang tua wali murid di daerah Solo sekitarnya biasanya mulai berburu mencari buku pelajaran bagi anaknya di area "Bu Sri" ini, termasuk saya.
Sebenarnya di zaman sekarang, cukup dengan memesan buku-buku tersebut melalui sistem online pun sudah bisa dan mudah. Tetapi entah kenapa 'berburu buku' secara manual di Bu-Sri selalu menarik untuk dilakukan setiap tahun.
Saya menjadi teringat artikel mbak Dina Amalia tentang Book Sniffer, di mana sensasi mengendus aroma bau buku yang khas, ternyata juga terjadi saat hunting buku di Bu-Sri memang memiliki kesan tersendiri.