Lihat ke Halaman Asli

Satria Widiatiaga

TERVERIFIKASI

Guru Sekolah Alam

Jangan Asal Curhat, Perhatikan Rambu-rambunya!

Diperbarui: 11 Juli 2024   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi teman sedang curhat (sumber: The Telegraph)

Ketika hati terasa sedih gundah gulana, entah itu ditinggal nikah oleh kekasih, gagal masuk Perguruan Tinggi, gagal naik pangkat hingga menghilangkan Tumbler Tupp**ware kesayangan emak adalah kondisi-kondisi dimana kita kadang membutuhkan teman curahan hati atau curhat untuk ungkapkan rasa sedih itu.

Pertanyaannya apakah ada manfaatnya dari curhat itu ? Apakah ketika kita ada masalah yang membuat kita kecewa atau sedih harus diungkapkan kepada orang lain yang kita percaya.

Dalam hal ini ada dua pendapat secara umum dalam memandangnya. Pandangan pertama yang menganggap bahwa curhat itu tak ada manfaatnya, menurut mereka masalah tidak akan selesai dengan curhat, bagi mereka curhat adalah simbol kecengengan.

Pandangan kedua justru menganggap curhat sangat dibutuhkan. Mereka berpendapat bahwa curhat bisa menormalkan emosi, tukar pikiran, hingga melegakan batin. Meskipun masalah belum tentu selesai dengan curhat, biasanya setelah bercurhat, hati terasa merasa lebih lega atau lebih enteng.

Sebagaimana normalnya manusia, suatu kewajaran apabila kadang kita ingin berbagi cerita, pengalaman, kisah, masalah atau kesedihan yang dialami kepada orang lain. Maka dengan berbagi dengan orang lain, kita akan mendapatkan simpati, motivasi, dukungan, masukan atau mungkin pencerahan yang membuat diri ini jauh lebih tenang.

Sebelum kita menceritakan kisah kesedihan atau kekecewaan kepada orang lain, kita harus menyadari bahwa hasil curhat tidak semata untuk mencari sebuah solusi, tetapi juga untuk sharing beban yang sedang dialami. Mungkin dengan menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, paling tidak akan membantu mengurangi derita yang membebani.

Secara umum curhat sebenarnya adalah termasuk kebutuhan sosial manusia. Diantara kebutuhan sosial itu, misalnya ingin ditemani, ingin ada orang yang merasa senasib, dihargai, dipedulikan, dianggap dan macam lainya, yang kiranya sebagai bentuk bahwa kita adalah sama.

Namun ada satu hal yang harus kita perhatikan ketika bercurhat, curhatlah kepada orang yang bisa dipercaya untuk menjaga privasi anda, siapapun itu entah keluarga atau jaringan pertemanan. Tidak ada klasifikasi yang khusus, tentang siapakah yang layak mendengar curhat kita, itu bagian dari naluri kita, bahwa kita merasa curhat dengan orang yang tepat bisa menjaga rahasia kita.

Memang bagi umat yang beragama, kita pun bisa bercurhat kepada Tuhan pada saat beribadah dalam doa kita, dimana kita bisa berkeluh kesah kepada-Nya tentang masalah-masalah yang kita hadapi, dan hal tersebut pun bisa melegakan hati kita. Namun, terkadang pun kita merasa harus bercurhat kepada orang lain untuk mendapatkan feedback tentang masalah kita dari sudut pandangnya, hal tersebut kembali kepada kita dalam memandang permasalahannya.

Meskipun tidak ada kaidah yang mengatur pedoman tentang bercurhat, namun kita harus memperhatikan beberapa prinsip dalam bercurhat. Adalah Abdul Syukur,  dalam bukunya "Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi Sehari-hari" memaparkan ada 3 prinsip dalam bercurhat, berikut ulasannya.

Terlalu Berekspetasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline