Lihat ke Halaman Asli

Satria Widiatiaga

TERVERIFIKASI

Guru Sekolah Alam

Kiat Menjadi Guru yang "Digugu" dan "Ditiru"

Diperbarui: 10 Juni 2024   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi keceriaan guru bersama muridnya (sumber : iStock)

Setapak  asa mengharu biru pada pagi tadi, dimana pengumuman kelulusan peserta didik kelas VI diwarnai isak tangis bahagia baik dari mereka, orang tua wali murid beserta dari para Guru. Satu per satu mereka mengungkapkan perasaan mereka dimana mereka nantinya akan sangat merindukan para guru dan sekolah yang telah membersamai mereka selama 6 tahun lamanya.

Kami para guru pun merasa terenyuh dengan ucapan-ucapan emosional mereka yang mengungkapkan betapa terima kasihnya mereka atas keikhlasan para guru dalam membimbing dan menuntun mereka dengan penuh kesabaran.

Sepintas dalam pikiran, apakah kami para guru sudahkah sebenar-benarnya menjadi 'guru'. Apakah kami sudah layak menyandang predikat 'guru', serta apakah kami sudah layak dirindukan oleh para murid kami kelak mereka dewasa.

Seorang guru yang dicintai serta dirindukan oleh para muridnya adalah guru yang mempunyai kepribadian layak ditiru. Inilah kepribadian utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut falsafah Jawa, kata guru berasal dari kalimat "bisa digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Sehingga, seseorang yang menjadi guru adalah seseorang yang bisa dipercaya dan ditiru segala tindak tanduknya oleh para muridnya.

Dari kedua hal tersebut, yaitu perihal menjadi seseorang yang bisa dipercaya dan sosok yang layak ditiru, merupakan modal utama bagi siapa saja yang ingin menjadi berkepribadian unggul. Seseorang yang memiliki kepribadian demikian akan mempunyai tempat yang istimewa dalam circle pergaulannya.

Tak terkecuali, bagi seseorang yang berpredikat guru yang memang pekerjaannya mendidik para muridnya agar pandai dalam ilmu pengetahuan serta memiliki kepribadian akhlak yang luhur. Sudah menjadi harga mati, tidak bisa tidak, ia harus mampu menjadi pribadi yang bisa dipercaya serta bisa ditiru oleh anak didiknya. Karena jika tidak demikian, maka tujuan utama hakekat pendidikan dan pembelajaran yang diampu oleh sang pendidik tersebut akan mengalami kegagalan.

Seorang guru harus mempunyai tanggung jawab moril dalam pembelajarannya, sehingga ia harus berusaha untuk memaksimalkan ikhtiar pengajarannya. Apabila seorang guru telah mampu menata dirinya dan menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang dapat dipercaya serta bisa dijadikan suri tauladan bagi anak didiknya, maka sudah barang tentu ia akan dicintai, dirindukan dan diingat selalu oleh para muridnya sepanjang hayatnya.

Adalah Akhmad Muhaimin Azzet, seorang penulis yang concern bidang pendidikan, dan juga seorang Kompasianer aktif, dimana dalam bukunya "Menjadi Guru Favorit" memaparkan setidaknya ada 3 hal seorang guru dapat dikatakan seorang sosok yang layak "digugu" dan "ditiru". Berikut ulasannya.

Kesesuaian Kata dan Perbuatan

Hal paling dominan yang sering dipakai oleh seorang guru dalam pembelajaran serta apapun yang terkait dalam hal tersebut, sudah barang tentu menggunakan metode 'perkataan'. Melalui kekuatan 'kata-kata' yang dirangkai sedemikian rupa, seorang guru menyampaikan berbagai hal, baik itu yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, maupun nilai-nilai moral budi pekerti yang ingin ditularkan kepada para peserta didik. Maka disinilah, kemampuan 'berkata-kata' memiliki peranan yang teramat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran secara holistik.

Namun pertanyaannya, seperti apakah kemampuan 'berkata-kata' yang harus dimiliki oleh seorang guru, utamanya apabila ia ingin menyampaikan pesan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam falsafah kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline