Lihat ke Halaman Asli

Satria Widiatiaga

TERVERIFIKASI

Guru Sekolah Alam

Shin Tae-yong Bukanlah Dewa

Diperbarui: 29 Januari 2024   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shin Tae Young (sumber: Suara.com)

Perjalanan itu telah berakhir, hanya sampai disini, Timnas harus melihat realita bahwa kita ini belum 'apa-apa' di level Asia. Jujur, saya tidak menonton semua pertandingan timnas sepanjang Piala Asia 2024 di Qatar secara langsung. Mentok, hanya melihat live score di smartphone, atau menonton highlight gol-golnya saja via Youtube.

Sebagaimana artikel saya sebelumnya yang berbau timnas berjudul "Ketika Sudah Hilang Rasa Nonton Timnas Indonesia", memang saya sudah agak berkurang 'nafsu' untuk menonton pertandingan para punggawa Garuda Senior, saya lebih tertarik menyaksikan laga timnas level umur yang agak menjanjikan trofi, walau masih level 'Chiki', karena kita haus juara, bukan sekedar main bagus yang bisa dinilai subjektif dari berbagai pihak.

Dalam 3 tahun terakhir kita seperti tersihir oleh euforia kepelatihan Shin Tae Young (STY), seolah-olah dia adalah dewa penyelamat sepakbola kita. Banyak dari kita terkesima dengan permainan timnas yang mulai bagus karena dilatih oleh pelatih ternama Shin Tae Young.

Artikel ini bukan bermaksud untuk menyerang kepelatihan Shin Tae Young atau argumen-argumen Coach Justin yang selalu mendewakan STY. Tetapi marilah kita membuka mata, bahwa ada beberapa fakta yang akan saya tampilkan dalam artikel ini bahwa prestasi timnas senior kita sebenarnya belum terjadi peningkatan yang signifikan. Berikut poin-poin yang kiranya bisa menjadi pencerahan obyektif bagi kita tentang bagaimana sebenarnya timnas kita saat ini.

Overated di Piala Asia 2023

Kemarin kita dikalahkan Australia dengan skor telak 4-0 pada babak gugur 16 besar, sekaligus mengakhiri perjalanan Timnas pada gelaran piala Asia 2023 di Qatar, yang sebelumnya berhasil lolos babak grup pada 24 besar. Pada babak grup kita berhasil menang 1-0 melawan rival abadi Vietnam, dan kalah atas Iraq dengan skor 3-1 dan kalah lagi melawan Jepang dengan skor 3-1.

Sekilas prestasi timnas pada gelaran piala Asia kali ini seperti mengalami peningkatan, karena lolos babak grup, padahal kalau berkaca pada keikutsertaan Indonesia pada gelaran piala Asia sebelum-sebelumnya, sebenarnya tidaklah mengalami peningkatan level. Kok bisa ?.

Sebelum ajang Piala Asia 2024 di Qatar, Indonesia sudah mencatatkan empat kali keikutsertaan Piala Asia. Pertama, pada gelaran Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab, kita bergabung di Grup A, dimana hasilnya kita berhasil imbang dengan Kuwait dengan skor 2-2, kemudian kalah dengan Korsel lewat skor 4-2, kemudian kalah 2-0 dengan tuan rumah UEA.

Lanjut, pada edisi Piala Asia 2000 di Lebanon, kita kalah atas China lewat skor 4-0, kemudian digilas Korsel dengan skor 3-0, kemudian berhasil mengimbangi Kuwait dengan skor kacamata.

Kemudian, pada gelaran Piala Asia 2004 di China, kita berhasil mencatatkan kemenangan perdana melawan Qatar dengan skor 2-1, namun selanjutnya kita dibantai China lewat skor 5-1 dan dikalahkan Bahrain dengan skor 3-1, walau kita sempat menang, namun tak membantu timnas untuk lolos babak grup.

Kemudian pada Piala Asia 2007 yang diselenggarakan di kandang sendiri, saya menilai sebenarnya pada gelaran ini kita menampilkan penampilan terbaik sepanjang sejarah Piala Asia, bahkan jika dibandingkan dengan timnas sekarang, dimana kita berhasil mengalahkan tim kuat Bahrain dengan skor 2-1, kemudian kalah tipis dengan Arab Saudi lewat skor 2-1, lalu kalah lagi dengan skor tipis 1-0 juga melawan Korsel yang saat itu diperkuat Park Ji Sung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline