Lihat ke Halaman Asli

Satria Widiatiaga

TERVERIFIKASI

Guru Sekolah Alam

Para Caleg Harus Wajib Melek Literasi

Diperbarui: 7 Desember 2023   02:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi- baliho dan spanduk caleg di perempatan Jalan Dewi Sartika Depok, Jawa Barat, Selasa (25/4/2023). (KOMPAS/Hendra Setyawan)

Beberapa hari ini saya ada riset iseng kecil-kecilan tentang pemilu kali ini, bukanlah penelitian yang serius atau komprehensif. Hanya sebuah sampling sederhana dari apa yang saya lihat di lingkungan sekitar.

Riset yang saya lakukan adalah mencatat semua nama calon legislatif (caleg) yang saya lihat pada spanduk, banner atau baliho pada sepanjang perjalanan menuju tempat kerja. Lalu dari kesemua nama tersebut, saya googling dan mencari tahu apakah mereka semua aktif menulis atau menuangkan ide gagasan tentang apa yang mereka perjuangkan lewat berbagai media.

Hasilnya, nihil. Tidak ada satu pun dari mereka yang aktif menulis di berbagai media, jika pun ada, itu pun hanya karya tulis skripsi ketika mereka kuliah. Kebanyakan yang ditemukan hanyalah laman sosial media mereka saja yang memuat janji-janji kampanye.

Penelitian sederhana ini saya lakukan berawal dari kejengahan dan kemuakan melihat gambar-gambar wajah yang tak dikenal yang berjanji-janji manis pada beberapa bulan terakhir di sepanjang jalan.

Saya hanya memotret betapa para caleg ini terus-menerus melakukan cara-cara kampanye yang sudah usang dan tidak efektif. Kebanyakan banner-banner para caleg hanya menampilkan wajah mereka yang sudah difilter dengan tangan mengepal pertanda siap berjuang, lalu tercantum nama dan nomor caleg mereka, kemudian ditambah janji-janji manisnya. So what gitu loh..

Ketika saya melihat banner-banner "sampah" itu, langsung terbersit dalam pikiran, mereka ini siapa? Sudah berbuat apa? Pendidikannya apa? Mereka itu apa tidak berpikir, memang orang di zaman sekarang masih mau memilih mereka dengan melihat sekilas wajah mereka yang full senyum palsu itu.

Mereka apa lupa ada peribahasa, 'tak kenal maka tak sayang', di mana mereka harus memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang apa yang selama ini mereka perjuangkan, sehingga akhirnya dapat memberikan alasan mengapa kita harus memilih mereka. Jika ini tidak mereka lakukan, maka kontestasi pemilu ini tak ubah layaknya ribuan caleg yang sedang melamar kerja tanpa melampirkan curriculum vitae yang komplet, tapi hanya memberikan pas foto saja kepada rakyat.

Dari riset saya tersebut, saya berharap paling tidak ada beberapa di antara mereka menuangkan ide, gagasan atau sesuatu yang pernah mereka lakukan dalam bentuk tulisan. Hal ini teramat penting, karena seorang legislator juga harus melek literasi, dalam hal ini aktif menulis.

Kita bisa melihat sejarah, para pahlawan-pahlawan pergerakan kemerdekaan kita yang berhasil memerdekakan Indonesia, melawan penjajah dengan ujung penanya. Kekuatan literasi itu sangat besar, lebih hebat dari dentuman meriam atau serangan militer, dan sejarah sudah membuktikannya dalam perjalanan kemerdekaan kita.

Sementara di zaman sekarang, sangat minim sekali para caleg ini yang melek literasi atau aktif menulis di berbagai media. Mohon maaf, kalau sekadar posting gagasan di sosial media tidaklah masuk hitungan. Paling tidak minimal menulis satu artikel saja di Kompasiana itu sudah cukup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline