Lihat ke Halaman Asli

Satria Hadi Wijaya

Mahasiswa S1 Sistem Informasi di UIN Jakarta

Problematika Penggunaan Teknologi di Perguruan Tinggi Islam: Apakah Literasi Digital Sudah Cukup?

Diperbarui: 1 November 2024   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Teknologi digital semakin mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi Islam juga mulai memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, manajemen akademik, dan riset. Penggunaan teknologi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan lulusan yang siap bersaing di tingkat global.

Namun, penerapan teknologi di Perguruan Tinggi Islam tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah literasi digital. Literasi digital mengacu pada kemampuan menggunakan. perangkat teknologi dan internet secara efektif serta memahami dampak etis dari penggunaannya. Literasi ini sangat penting untuk memastikan teknologi dapat dimanfaatkan dengan baik di lingkungan akademik. Selain itu, Perguruan Tinggi Islam menghadapi tantangan tambahan, yaitu menyelaraskan teknologi dengan nilai-nilai Islam. Penggunaan teknologi harus dipandu oleh prinsip-prinsip etika dan moral Islam, sehingga implementasinya tidak hanya mengutamakan efisiensi, tetapi juga tanggung jawab sosial dan religius.

Oleh karena itu, penting untuk mempertanyakan apakah literasi digital sudah cukup untuk menghadapi tantangan ini. Apakah hanya dengan memiliki keterampilan teknis, Perguruan Tinggi Islam mampu memaksimalkan penggunaan teknologi, atau ada kebutuhan akan pendekatan yang lebih luas, termasuk integrasi nilai-nilai Islam dalam konteks teknologi?

Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan teknologi digital secara efektif. Keterampilan ini mencakup penggunaan perangkat digital, seperti komputer dan smartphone, serta berpikir kritis terhadap informasi yang ditemukan di internet. Di perguruan tinggi, literasi digital menjadi penting untuk mendukung proses pembelajaran dan pengembangan akademik (Ribble, 2015).

Di Perguruan Tinggi Islam, literasi digital memiliki konteks yang unik. Selain keterampilan teknis, literasi ini harus mencerminkan nilai-nilai Islam. Ini berarti etika dalam mengakses dan menyebarkan informasi harus menjadi perhatian utama. Penggunaan teknologi seharusnya mendukung pendidikan dan pengembangan karakter sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Ruang lingkup literasi digital di Perguruan Tinggi Islam dapat dibagi menjadi tiga aspek. Pertama, keterampilan teknis, seperti mengoperasikan perangkat keras dan lunak. Kedua, keterampilan kognitif, yang mencakup evaluasi kredibilitas informasi digital. Ketiga, keterampilan etis dan religius, di mana penggunaan teknologi harus selaras dengan nilai-nilai Islam.

Namun, tantangan dalam literasi digital cukup signifikan. Tidak semua mahasiswa dan dosen memiliki tingkat literasi digital yang sama, terutama di daerah yang kurang terpapar teknologi. Kesenjangan antara pemahaman teknologi dan nilai-nilai agama memerlukan pendekatan menyeluruh untuk mengintegrasikan keduanya secara harmonis.

Meskipun literasi digital menjadi semakin penting di Perguruan Tinggi Islam, masih terdapat sejumlah tantangan yang harus diatasi untuk meningkatkannya. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan keterampilan teknologi antara dosen dan mahasiswa. Banyak dosen yang mungkin tidak memiliki keterampilan teknologi yang memadai, sehingga kesulitan dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat menghambat pengembangan literasi digital di kalangan mahasiswa.

Tantangan lainnya adalah kurangnya infrastruktur teknologi yang memadai. Di beberapa Perguruan Tinggi Islam, terutama yang berada di daerah terpencil, akses terhadap perangkat keras dan koneksi internet yang baik masih sangat terbatas. Keterbatasan ini mengakibatkan mahasiswa tidak dapat mengakses sumber daya digital yang diperlukan untuk meningkatkan literasi digital mereka.

Akhirnya, kurangnya pelatihan dan dukungan untuk pengembangan keterampilan digital juga merupakan tantangan besar. Banyak perguruan tinggi belum menyediakan program pelatihan yang memadai bagi dosen dan mahasiswa untuk meningkatkan literasi digital mereka. Tanpa pelatihan yang memadai, akan sulit untuk memastikan bahwa semua pihak dapat menggunakan teknologi secara efektif dan bertanggung jawab.

Meningkatkan literasi digital di Perguruan Tinggi Islam memerlukan pendekatan yang terencana dan sistematis. Salah satu strategi utama adalah pengembangan kurikulum yang terintegrasi. Kurikulum harus mencakup pelajaran tentang literasi digital yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai etis dan religius. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya belajar menggunakan teknologi, tetapi juga memahami tanggung jawab moral dalam penggunaannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline